Senin, 25 September 2017

makalah tentang anemia



TUGAS SISTEM IMUN
ANEMIA
 
Disusun oleh :
Evi oktaviani
Mutiara putri utami
Sisi mardia oktasari
M. abdul jalil
Edi marholid
PRODI KEPERAWATAN STIKes ALIFAH PADANG
Tahun 2015/2016







Kata Pengantar


            Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami  dapat menyusun makalah ini yang berjudul "ANEMIA ” tepat pada waktunya.

            Tujuan ditulisnya makalah ini untuk memenuhi tugas sistem imun. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
            Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. . Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.


Padang, oktober 2015

Penulis













  BAB I 
        PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak – anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, bisa karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah dari kadar normal.

B. Tujuan Penulisan

  1. Tujuan Umum
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan diagnosa medis anemia.
  1. Tujuan Khusus
Melalui proses keperawatan diharapkan mampu:
  • Melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan macam-macam penyakit anemia.
  • Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah.
  • Mampu melaksanakan rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang telah diprioritaskan.
  • Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang diprioritaskan.
  • Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan penyakit anemia.
  • Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.
  • Mampu membahas kesenjangan antara teori yang diperoleh dengan studi kasus.









BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Definisi  Anemia
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan/atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsi untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratories anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit  dibawah normal.
Anemia merupakan penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah atau keduanya.
B.  Etiologi Anemia
1.      Karena cacat sel darah merah ( SDM )                                                                                            Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali. Tiap-tiap komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan masalah bagi SDM sendiri. Pada umumnya cacat yang dialami SDM menyangkut senyawa-senyawa protein yang menyusunnya. Oleh karena kelainan ini menyangkut protein, sedangkan sintesis protein dikendalikan oleh gen di DNA
2.      Karena kekurangan gizi
                  Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan oleh factor luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena kelainan dalam SDM disebabkan oleh factor konsitutif yang menyusun sel tersebut.
3.      Karena perdarahan
                  Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia.
4.      Karena otoimun
Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan. Keadaan ini sebenarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar.

C.     Kriteria Anemia
Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batasan hemoglobin atau hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batasan tersebut sangat dipengaruhi oleh usia,jenis kelamin dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
Batasan yang umum digunakan adalah kriteria WHO pada tahun 1968. Dinyatakan sebagai anemia bila terdapat nilai kriteria sebagai berikut:
1.      Laki-laki dewasa                                  Hb < 13 gr/dl
2.      Perempuan dewasa tidak hamil            Hb < 12 gr/dl
3.      Perempuan hamil                                  Hb < 11 gr/dl
4.      Anak usia 6-14 tahun                           Hb < 12 gr/dl
5.      Anak usia 6 bulan – 6 tahun                 Hb < 11 gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik,rumah sakit atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikt :
1.      Hb <10 gr/dl
2.      Hematokrit  <30%
3.      Eritrosit <2,8 juta/mm3



D.   Derajat Anemia
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai adalah :
1.      Ringan sekali   Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
2.      Ringan             Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
3.      Sedang            Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl
4.      Berat               Hb < 6 gr/dl

F.   Gejala Klinis
1.      Gejala umum anemia
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau anemic syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa dibawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin.

Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena, yaitu :
a.       Sistem kardiovaskuler : lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat beraktifitas, angina pectoris, dan gagal jantung.
b.      Sistem saraf : sakit kepal, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin ekstremitas.
c.       Sistem urogenital : gangguan haid dan libido menurun
d.      Epital : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan halus.
·         Insiden
Insedensi anemia aplastik dilaporkan berbeda-beda. Di Swedia, insidensinya adalah 4 kasus tiap satu juta anak, dan 13 kasus setiap satu juta penduduk secara total.
·         Etiologi
            Etiologi anemia aplastik beraneka ragam. Berikut ini adalah berbagai factor yang menjadi etiologi anemia aplastik.
·         Factor genetic
Kelompok ini sering dinamakan anemia aplastik konstitusional dan sebagian besar dari padanya diturunkan menurut hukum Mendel.
·         Obat-obatan dan bahan kimia
      Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitifitas atau dosis obat berlebihan. Obat yang sering menyebabkan anemia aplastik adalah kloramfenikol. Sedangkan bahan kimia yang terkenal dapat menyebabkan anemia aplasti adalah senyawa benzene.
·         Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anemia aplastik sementara atau permanen.
ü  Sementara
Ø  Mononucleosis infeksiosa
Ø  Tuberculosis
Ø  Influenza
Ø  Bruselosis
Ø  Dangue






ü  Permanen
                        Penyebab yang terkenal ialah virus hepatitis tipe non-A dan non –B. virus ini          dapat menyebabkan anemia. Anemia aplastik pasca-hepatitis ini mempunyai         prognosis yang buruk.
·         Iradiasi
Hal ini terjadi pada pengobatan penyakit keganasan dengan sinar X. peningkatan dosis penyinaran sekali waktu akan menyebabkan terjadinya pansitopenia. Bila penyinaran dihentikan, sel-sel akan berproliferasi kembali. Iradiasi dapat menyebabkan anemia aplastik berat atau ringan.
·         Kelainan imunologis
Zat anti terhadap sel-sel hematopoietic dan lingkungan mikro dapat menyebabkan aplastik.
·         Idiopatik
Sebagian besar (50-70%) penyebab anemia aplastik tidak diketahui tidak diketahuiatau bersifat idiopatik.
2.  Anemia Defesiensi Besi
Anemia Defesiensi Besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh , sehingga penyediaan besi untuk eritopoesis berkurang yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang.
Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering dijumpai , terutama dinegara tropis.
·         Etiologi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.



·         Gejala klinis
            Gejala anemia difisiensi dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar :
1.      Gejala umum anemia
                   Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai syindrom anemia, dijumpai            pada anemia             difisiensi jika kadar Hb turun dibawah 7 – 8 gr/dl. Gejala ini berupa            badan lemah,   lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang , serta telinga mendenging.    Pada anemia    difisensi besi , karena terjadi penuruan kadar Hb secara berlahan-lahan,     seringkali         syindrom anemia tidak terlalu mencolok dibandingkan anemia lain       yang penurunan kadar Hbnya lebih cepat.
2.      Gejala khas akibat difisiensi besi
                   Gejala yang khas dijumpai  pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada     anemia jenis lain adalah sebagai berikut:
                   -  Koilorikia : kuku sendok ( spoon nail ) kuku menjadi rapuh, bergaris – garis                     vertical dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.
                   -          Atrofi papilla lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap                           karena papil lidah menghilang.
                   -          Stomatitis angularis : adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga                      tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
                   -          Disfagia : nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
                   -          Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.
3.      Anemia megaloplastik
                   Anemia megaloplastik adalah anemia yang khas ditandai oleh adanya sel                megaloplas dalam sumsum tulang. Sel megaloplas adalah sel precursor eritrosit dengan bentuk sel yang besar disertai adanya kes, dimana maturasi sitoplasma normal tetapi inti besar dengan susunan kromosom yang longgar.
·         Insidensi
Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh anemia pernisiosa banyak dijumpai pada orang-orang skandinavia, inggris dan irlandia dengan angka kejadian 90 kasus tiap 100.000 penduduk pertahun. Pernah dilaporkan adanya anemia pernisiosa pada penduduk afrika selatan, Daratan cina, dan Arab. Belum pernah dilaporkan tentang kejadian anemia pernisiosa di Indonesia.

·         Etiologi
Penyebab anemia megaloblastik adalah sebagai berikut :
 1.      Defisiensi vitamin B12
      a.       Asupan kurang : pada vegetarian
      b.      Malabsopsi
      c.       Gangguan metabolism seluler : defisiensi enzim, abnormalitas protein pembawa kobalamin ( defisiensi transkobalamin ), dan paparan nitrit oksida yang berlangsung lama
 2.  Defisiensi asam folat
      a. Asupan kurang
Gangguan nutrisi : alkoholisme, bayi premature, orang tua, hemodialisis dan anoreksia nervosa
     Malabsopsi : gastrektomi parsial, reseksi usus halus, penyakit Crohn’s, skeroderma, dan obat antikonvulsan.
      b.Peningkatan kebutuhan : kehamilan, anemia hemolitik, keganasan, hipertiroidisme, serta erittropoesis yang tidak efektif (anemia pernisiosa, anemia sideroblastik, leukemia, anemia hemolitik).
      c. Gangguan metabolism folat : alkoholisme, defisiensi enzim
      d.  Penurunan cadangan folat di hati : alkoholisme, sirosis non alkoholik, dan hepatoma
3.   Gangguan metabolism vitamin B12 dan asam folat.

·         Gejala klinis
Gejala klinis yang biasanya muncul pada anemia megaloblastik adalah sebagai berikut.
             1. Anemia karena eritropoesis yang inefektif
             2. Ikterus ringan akibat pemecahan globin.
             3.Glositis dengan lidah berwarna merah, seperti daging (buffy tongue), stomatitis angularis.
             4. Purpura trombositopeni karena maturasi megakariosit terganggu.
             5. Pada defisiensi vitamin B12 dijumpai gejala neuropati sebagai berikut.
ü  Neuropati perifer : mati rasa, terbakar pada jari
ü  Kerusakan kolumna posterior : gangguan posisi, vibrasi.
ü  Kerusakan kolumna lateralis : spastisitas dengan deep reflex hiperaktif dan             gangguan serebrasi.
      4. Anemia hemolitik
Anemia Hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis, yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.
                                   
·         Insidensi
Anemia hemolitik merupakan anemia yang tidak terlalu sering dijumpai, tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostic yang tepat. Pada kasus-kasus penyakit dalam yang dirawat di RSUP Sanglah tahun 1997, anemia hemolitik merupakn 6% dari kasus anemia, menempati urutan ketiga setelah anemia aplastik dan anemia sekunder karena keganasan hematologis.
·         Klasifikasi
Pada dasarnya anemia hemolitik dapat dibagi menjadi dua golongan besar sebagai berikut.
      1.      Anemia hemolitik karena factor di dalam eritrosit sendiri (intrakorpuskular), yang sebagian besar bersifat  herediter-familiar.
      2.      Anemia hemolitik karena factor di luar eritrosit (ekstrakorpuskular), yang sebagian besar bersifat didapatkan.

      5.      Anemia Sel sabit
Anemia sel sabit merupakan suatu gangguan resesif otosom yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektif, satu buah dari masing-masing orang tua. Hb yang cacat itu disebut hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan membentuk konfigurasi seperti sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah.
·         Insidensi
Di amerika serikat, anemia sela sabit terutama mengenai orang amerika keturunan afrika, yaitu 1 diantara 375 bayi. Selain itu juga didapatkan pada penduduk mediterania, karibia, dan keturunan Amerika Selatan dan tengah yang mempunyai nenek moyang arab dan india timur.
·         Etiologi
Ada beberapa factor yang dianggap sebagai perangsang terbentuknya sel sabit, yaitu stress fisik, demam dan trauma.





























BAB III
ASKEP ANEMIA

A. Definisi

            Anemia (dalam bahasa Yunani: tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru – paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah yang diperlukan tubuh.

B. Etiologi

            Penyebab anemia yang sering diderita adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit yaitu besi, vitamin B12 dan asam folat. Anemia juga dapat diakibatkan dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.

C. Tanda dan Gejala Anemia

  1. Lemah, letih, lesu dan lelah.
  2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang – kunang.
  3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.

D. Patofisiologi

            Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum – sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum – sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan.
            Masalah dapat diakibatkan oleh efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah. Lisis sel darah merah terjadi dalam sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Proses bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah.
            `Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang, akibatnya dapat menghambat kerja organ – organ penting, salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, lambat menangkap, jika sudah rusaktidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

E. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
  1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )
  2. Kadar Ht menurun ( normal 37% – 41%)
  3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
  4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
  5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia aplastik)

F. Data Fokus

            Terdiri dari DS (data subjektif) dan DO (data objektif). Data subjektif merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengkajian terhadap pasien atau keluarga pasien (apa yang dikatakan pasien atau keluarga pasien), sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan.
Biasanya data fokus yang didapatkan adalah :
Data Subjektif :
  1. Pasien mengatakan lemah, letih, lesu.
  2. Pasien mengatakan nafsu makan menurun.
  3. Pasien mengatakan mual.
  4. Pasien mengatakan sering haus.
Data Objektif :
  1. Pasien tampak lemah, letih, lesu
  2. Berat badan menurun, pasien tidak mau makan
  3. Pasien tampak mual dan muntah – muntah.4.
  4. Bibir tampak pecah – pecah, kulit pasien tampak kering

G. Riwayat Kesehatan

  1. Keluhan utama
            Biasanya keluhan yang paling utama pada penderita anemia adalah lemah atau pusing.
  1. Riwayat kesehatan sekarang
            Keadaan pasien pada saat dikaji dan diperiksa.
  1. Riwayat kesehatan dahulu
            Apakah pasien pernah mengalami penyakit anemia sebelumnya ?


4.      Riwayat kesehatan keluarga
                        Apakah anggota keluarga pasien  memiliki riwayat penyakit keturunan seperti        diabetes militus, penyakit jantung, struk ?

H. Pemeriksaan Fisik

  1. Keadaan umum
            Pucat, keletihan, kelemahan, nyeri kepala, demam, dispnea, vertigo, sensitif terhadap dingin, berat badan menurun.
  1. Kulit
            Kulit kering, kuku rapuh.
  1. Mata
            Penglihatan kabur, perdarahan retina.
  1. Telinga
            Vertigo, tinitus.
  1. Mulut
            Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis.
  1. Paru – paru
            Dispneu.
  1. Kardiovaskuler
            Takikardi, hipotensi, kardiomegali, gagal jantung.
  1. Gastrointestinal
            Anoreksia.
  1. Muskuloskletal
            Nyeri pinggang, nyeri sendi.
  1. System persyarafan
            Nyeri kepala, bingung, mental depresi, cemas.

 G. Diagnosa Keperawatan

  1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan).
  2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.






































BAB IV
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Biodata Pasien

a. Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
No. Registrasi : 0182
Diagnosa medis : Anemia
Tanggal masuk Rumah Sakit: 12 Februari 2014, Rabu
Tanggal Pengkajian : 13 Februari 2014, Kamis
Alamat : Kp. Cipanengah RT 01 / RW 06, Kecamatan Gunung Tandala Kawalu

b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Hubungan dengan pasien : Anak
Alamat : Kp. Cipanengah RT 01 / RW 06, Kecamatan Gunung Tandala Kawalu.

2. Keluhan Utama

Pasien mengatakan sakit kepala (pusing).

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

            Pada tanggal 13 Februari 2014, Kamis, pukul 08.30 WIB, pasien mengeluh mual, muntah – muntah, lemah, lemas, pusing pada pagi hari Pusing dirasakan setelah beraktivitas mencangkul padi, pusing yang dirasakan pada bagian depan atas. Skala nyeri: 3 (nyeri sedang).

4. Riwayat Kesehatan Dahulu

            Keluarga pasien mengatakan pasien pernah mengalami penyakit yang dialami sekarang sebelum masuk ke Rumah Sakit.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

            Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti diabetes militus, penyakit jantung, struk, hipertensi.

B. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan Umum

Pasien tampak bersih

2. Tingkat Kesadaran

Apatis

3. Tanda–tanda Vital

a. Tekanan darah : 120 / 60 mmHg
b. Nadi : 85 x / menit
c. Pernafasan : 28 x / menit
d. Suhu : 36,2 0 C

4. Berat Badan dan Tinggi Badan

Berat badan dan tinggi badan telah dikaji namun keluarga pasien tidak tahu dan pasien tidak bersedia untuk dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan.

5. Pemeriksaan Head to Toe

A. Kepala/rambut
Simetris, warna rambut hitam dan beruban, terlihat rapi, penyebaran rambut merata, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, rambut tampak bersih.

B. Mata
Simetris, penglihatan tidak tajam, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tampak bersih.

C. Telinga
Simetris, tampak bersih, pendengaran kurang tajam, tidak ada perdarahan, tidak ada serumen.

D. Hidung
Simetris, tampak bersih, tidak ada benjolan, penciuman normal, tidak ada sekret, tidak ada kotoran, tidak ada luka, ada bulu hidung, tidak ada perdarahan.

E. Mulut
Simetris, gigi tidak lengkap, tidak bau mulut, tidak kotor, warna bibir sedikit merah.

F. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tampak bersih, tidak ada jaringan parut, tidak ada lesi.

G. Dada (paru – paru dan jantung)
Bentuk dada simetris, bunyi jantung regular, nafas cepat, tidak ada penumpukan cairan pada pleura.

H. Ketiak
Simetris, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kemerahan, tidak ada pigmentasi.

I. Perut
Simetris, tidak ada busung, tidak obesitas, bentuk perut datar, tidak ada penumpukan cairan.

J. Genetalia
Tidak ada keluhan maupun kelainan.

K. Kulit dan kuku
Kulit keriput, kering, warna kulit kuning langsit, kuku dan kulit tampak bersih.

L. Ekstermitas atas
Simetris, ada nyeri tekan pada tangan kiri karena terpasang infus, tidak ada kelainan, agak lemah.
Kekuatan otot : 4 3

M. Ekstermitas bawah
Simetris, tidak ada nyeri tekan, tampak bersih.
Kekuatan otot : 4 4

C. Aktiftas Sehari-hari
No.
Aktivitas
Sebelum sakit
Sesudah sakit
1.
Nutrisi



a.   Makan



1)   Jenis
Nasi
D5

2)   Frekuensi
2x / 3x sehari
Belum makan

3)   Porsi
1 porsi habis
Tidak ada

4)   Keluhan
Tidak ada
Ada

b.     Minum



1)  Jenis
Air putih / kopi
Air putih

2)  Frekuensi
4x / hari
1 gelas

3)  Keluhan
Tidak ada
Tidak ada
2.
Eliminasi



a. BAK



1)   Frekuensi
4x / hari
2x

2)   Warna
Kuning / putih
Kuning

3)   Keluhan
Tidak ada
Tidak ada

b. BAB



1)  Frekuensi
1x / hari
Belum

2)  Warna
Kuning khas
Tidak ada

3)  Konsistensi
Lembek
Tidak ada

4)  Keluhan
Tidak ada
Tidak ada
3.
Personal higiene



a.    Mandi
2x / hari
1x

b.    Gosok gigi
2x / hari
Belum

c.    Keramas
3x / minggu
Belum
4.
Istirahat dan tidur



a. Malam



1)   Frekuensi
8 jam
4 jam

2)   Keluhan
Tidak ada
Ada

b. Siang



1)   Frekuensi
2 jam
Belum

2)   Keluhan
Tidak ada
Tidak ada
5.
Mobilisasi dan aktivitas



a.    Jenis aktivitas
Tani / mencangkul
Istirahat

b.    Keluhan
Tidak ada
Ada

D. Data penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

Gula darah sewaktu: 144,0
Faal ginjal(kreatinin): 1,38 *
Faal hati: SGOT 52,5 *
SGPT: 74,6 *

2. Terapi

Infus D5
Obat injeksi :
– Levofioksan 1×1
– Pantoprazol 1×1
– Kalneks 3×1

E. Analisa Data

No.
Data
Etiologi
Masalah
1.
Ds : Pasien mengatakan pusing pada bagian depan atas kepala.
Do : Pasien tampak meringis kesakitan, mengeluh, tampak tidak nyaman pada sakit pada kepalanya, skala nyeri : 3 (nyeri sedang).
Kekurangan jumlah sel darah merah didalam tubuh
Pengangkutan sel darah merah ke seluruh tubuh tidak optimalSedangkan sel darah merah diperlukan untuk mengangkut oksigen ke dalam otak
Sehingga suplai oksigen ke dalam otak pun berkurang
Sakit kepala (pusing)
Gangguan rasa nyaman nyeri
Gangguan rasa nyaman nyeri
2.
Ds : Pasien mengatakan belum makan, lemas, mengeluh mual.
Do : Pasien tampak mual dan muntah – muntah, lemas, muka pucat.
Mual
Mual  dapat merangsang output dari dalam tubuh
Muntah – muntah
Tubuh kekurangan nutrisi
Intek tidak terpenuhi
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
3.
Ds : Pasien mengatakan lemah, lemas.
Do : pasien tidak bisa beraktivitas dengan leluasa karena badanya lemah, tangan kiri tidak bisa digerakan dengan bebas karena terpasang infus.
Tangan kiri dipasang infus
Tangan kiri tidak dapat bergerak bebas dengan leluasa
Keterbatasan dalam melakukan aktivitas
Gangguan aktivitas
Gangguan aktivitas

F. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut prioritas masalah

  1.  Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan berkurangnya pengangkutan sel darah merah ke seluruh tubuh.
  2.  Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah.
  3.  Gangguan aktivitas berhubungan dengan terpasang infus pada tangan kiri.

 


 

G. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, EVALUASI


No.
Diagnosa keperawatan
Intervensi
Implementasi
Evaluasi
Tujuan
Perencanaan
Rasional
1.
Gangguan rasa nyaman nyeriberhubungan dengan berkurangnya pengangkutan sel darah merah ke seluruh tubuh.
Ds : Pasien mengatakan pusing pada bagian depan atas kepala.
Do : Pasien tampak meringis kesakitan, mengeluh, tampak tidak nyaman pada sakit pada kepalanya, skala nyeri : 3 (nyeri sedang).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit diharapkan tanda – tanda vital normal kembali, nyeri pada kepala dapat berkurang dan hilang.
– Observasi tanda –  tanda vital
– Relaksasi
– Distraksi
– Mengobservasi tanda – tanda vital dapat membantu dalam menentukan diagnosa keperawatan dan dapat memberikan tindakan keperawatan dengan tepat.
– Relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri pada kepala, tidak memperparah nyeri.
– Distraksi dapat memberikan ketenangan pada pasien, sehingga pasien tidak fokus pada nyeri.
13 Februari 2014, Kamis, pukul 08.30 WIB.
– Mengobservasi tanda – tanda vital dengan hasil :
tekanan darah : 120 / 80 mmHg
nadi : 85x / menit
pernafasan : 28x / menit
suhu : 36,2 0 C.
– Memposisikan pasien dengan tepat dan nyaman, memberikan lingkungan yang tenang, membatasi pengunjung, menganjurkan pasien beristirahat dengan tenang.
– Menganjurkan pasien untuk menarik nafas secara perlahan, memotivasi pasien untuk sembuh kembali.
S : normal tanda – tanda vital :
Tekanan darah : sistol 100 – 140
siastol 60 – 90
nadi : 60 – 100x / menit
pernafasan : 16 – 24x / menit
suhu : 36 – 37,5 0C.
O : Pasien tampak masih sakit kepala.
A : Masalah tidak teratasi.
P : Lanjutkan intervensi pada siang hari.
2.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah.
Ds : Pasien mengatakan belum makan, lemas, lemah, mengeluh mual.
Do : Pasien tampak mual dan muntah – muntah, lemas, lemah, muka pucat, konjungtiva anemis.
Pasien mampu menghabiskan 1 porsi makan, kebutuhan nutrisi terpenuhi, mempertahankan keseimbangan berat badan yang sesuai, tidak mual dan tidak muntah – muntah.
– Beri nutrisi
– Beri minum air hangat (cairan)
– Beri makan sedikit tapi sering
– Membantu rencana diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
– Air hangat dapat merangsang kenyamanan perut agar tidak merasa mual dan muntah – muntah.
– Meningkatkan energi dan mengurangi pengeluaran energiyang berlebihan.
– Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
– Memberikan minum air hangat
– Memberikan makan sedikit tapi sering.
S : Pasien mengatakan badanya masih lemah, lemas.
O : Pasien masih tampak lemah, lemas, dan pucat.
A : Masalah tidak teratasi.
P : Lanjutkan intervensi pada siang hari.
3.
Gangguan aktivitas berhubungan dengan terpasang infus pada tangan sebelah kiri.
Ds : Pasien mengatakan lemah.
Do : pasien tidak bisa beraktivitas dengan leluasa karena badanya lemah, tangan kiri tidak bisa digerakan dengan bebas karena terpasang infus.
Pasien dapat melakukan gerakan ringan dengan baik.
– Anjurkan dan ajarkan pasien untuk melakukan gerakan ringan pada tangan yang terpasang infus.
– Anjurkan pasien untuk melakukan gerakan ringan pada ekstermitas atas dan bawah.
– Menghindari terjadinya kekakuan otot – otot pada tangan yang terpasang infus.
– menghindari terjadinya kekakuan pada ekstermitas atas dan bawah.
– Menganjurkan dan mengajarkan pada pasien untuk melakukan gerakan ringan pada tangan yang terpasang infus.
– Menganjurkan pasien untuk melakukan gerakan ringan pada ekstermitas atas dan bawah.
S : Pasien mengatakan masih tidak bisa beraktivitas dengan bebas dan masih lemah.
O : Pasien tampak lemah dan dapat melakukan gerakan namun terbatas, tidak dapat melakukan personal higiene seperti memandikan, mencuci rambut, menggosok gigi, menggunting kuku.
A : Masalah tidak teratasi.
P : Lanjutkan intervensi pada siang hari.













BAB V
PEMBAHASAN
            Dalam pembahasan asuhan keperawatan pada Tn. H dengan diagnosamedis anemia di ruang perawatan umum Rumah Sakit Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya, pada tanggal 13 Februari 2014 melalui pendekatan kesengajaan secara teori dan kenyataan di lapangan, pembahasan dibahas melalui langkah –langkah keperawatan sebagai berikut:

A. Pengkajian

            Penulis dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa medis anemia yang dapat meliputi identitas pasien,identitas penanggung jawab.

B. Diagnosa Keperawatan

            Menurut tinjauan analisa data pada diagnosa keperawatan terdapat beberapa masalah di antaranya:
  1. Gangguan rasa nyaman nyeri
  2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
  3. Gangguan aktivitas
  4. Intervensi.

C. Intervensi

Penulis dapat menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul, situasi dan kondisi didukung oleh sikap keluarga dan pasien yang kooperator. Perencanaan berdasarkan teori yang diperoleh dari beberapa literatur yang mendukung.

E. Implementasi

Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan  perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Banyak faktor yang mendukung terlaksananya implementasi keperawatan diantaranya peran keluarga yang mendukung, tersedianya  alat – alatserta adanya bimbingan dari perawat ruangan, pembimbing akademik, serta adanya peran dokter yang menentukan diagnosa medis.

F. Pelaksanaan

            Tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan dan melibatkan kerjasama pasien, keluarga dan tim kesehatan yang lain dengan menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan oleh institusi pendidikan SMK Bhakti Kencana Ciawi dan Rumah Sakit Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya.

E. Evaluasi

            Penulis dapat mengevaluasi keadaan pasien dan tindakan keperawatan selanjutnya setelah dilakukan implementasi. Evaluasi terdiri dari subjektif, berdasarkan apa yang dikatakan oleh pasien, objektif, berdasarkan pengamatan terhadap keadaan pasien
   BAB V
     PENUTUP

A. Kesimpulan

            Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal (Smeltzer, 2002 : 935). Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).

B. Saran

            Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, maka dari itu selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit. Cara mengatasi anemia yaitu dengan cara pola hidup yang sehat dapat mencegah penyakit anemia, hidup terasa lebih nyaman dan indah dengan melakukan pencegahan terhadap penyakit anemia dari pada kita sudah terkena dampaknya.




















DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn E, dkk, 2000, rencana asuhan keperawatan, edisi 3, EGC. Jakarta.
2. Wikjnjo Sastro Hanifa, 2002, ilmu kebidanan, yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta.
3. Mansjoer, dkk, 2001, kapita selekta kedokteran jilid I, media aesculapius fakultas universitas indonesia, Jakarta.
4. Tucker susan martin, dkk, 1999, standar perawatan pasien, proses keperawatan, diagnosis dan evaluasi, edisi V, Vol IV, EGC Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar