TUGAS SISTEM IMUN
ANEMIA
Disusun
oleh :
Evi
oktaviani
Mutiara
putri utami
Sisi
mardia oktasari
M.
abdul jalil
Edi
marholid
PRODI
KEPERAWATAN STIKes ALIFAH PADANG
Tahun
2015/2016
Kata Pengantar
Puji dan
Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang
berjudul "ANEMIA ” tepat pada waktunya.
Tujuan ditulisnya makalah
ini untuk memenuhi tugas sistem imun. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. . Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Padang, oktober 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak – anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, bisa karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah dari kadar normal.B. Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
Memahami dan menerapkan asuhan
keperawatan terhadap pasien dengan diagnosa medis anemia.
- Tujuan Khusus
Melalui
proses keperawatan diharapkan mampu:
- Melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan macam-macam penyakit anemia.
- Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah.
- Mampu melaksanakan rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang telah diprioritaskan.
- Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang diprioritaskan.
- Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan penyakit anemia.
- Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.
- Mampu membahas kesenjangan antara teori yang diperoleh dengan studi kasus.
BAB II
LANDASAN
TEORI
A. Definisi
Anemia
Anemia
merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan/atau masa hemoglobin yang beredar
tidak memenuhi fungsi untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara
laboratories anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung
eritrosit dan hematokrit dibawah normal.
Anemia
merupakan penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi, abnormalitas
kandungan hemoglobin sel darah merah atau keduanya.
B. Etiologi Anemia
1. Karena cacat sel darah
merah ( SDM ) Sel
darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali. Tiap-tiap komponen
ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan masalah bagi SDM
sendiri. Pada umumnya cacat yang dialami SDM menyangkut senyawa-senyawa protein
yang menyusunnya. Oleh karena kelainan ini menyangkut protein, sedangkan
sintesis protein dikendalikan oleh gen di DNA
2. Karena kekurangan gizi
Anemia
jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan oleh factor luar tubuh, yaitu
kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena kelainan dalam SDM disebabkan
oleh factor konsitutif yang menyusun sel tersebut.
3. Karena perdarahan
Kehilangan
darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah SDM dalam
darah, sehingga terjadi anemia.
4. Karena otoimun
Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali
dan menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan. Keadaan
ini sebenarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar.
C. Kriteria Anemia
Untuk
memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batasan hemoglobin atau
hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batasan tersebut sangat
dipengaruhi oleh usia,jenis kelamin dan ketinggian tempat tinggal dari
permukaan laut.
Batasan yang umum digunakan adalah
kriteria WHO pada tahun 1968. Dinyatakan sebagai anemia bila terdapat nilai
kriteria sebagai berikut:
1. Laki-laki
dewasa
Hb < 13
gr/dl
2. Perempuan dewasa tidak
hamil Hb <
12 gr/dl
3. Perempuan hamil
Hb < 11 gr/dl
4. Anak usia 6-14 tahun
Hb < 12 gr/dl
5. Anak usia 6 bulan – 6 tahun
Hb < 11 gr/dl
Untuk kriteria anemia di klinik,rumah
sakit atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai
sebagai berikt :
1. Hb <10 gr/dl
2. Hematokrit <30%
3. Eritrosit <2,8 juta/mm3
D. Derajat Anemia
Derajat anemia ditentukan oleh kadar
Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai adalah :
1. Ringan sekali
Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
2.
Ringan
Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
3. Sedang
Hb 6 gr/dl – 7,9
gr/dl
4. Berat
Hb < 6 gr/dl
F. Gejala Klinis
1. Gejala umum anemia
Gejala
umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau anemic syndrome. Gejala
umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis
anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa dibawah titik
tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme
kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin.
Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut
organ yang terkena, yaitu :
a. Sistem kardiovaskuler
: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat beraktifitas,
angina pectoris, dan gagal jantung.
b. Sistem saraf : sakit kepal,
pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot,
iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin ekstremitas.
c. Sistem urogenital :
gangguan haid dan libido menurun
d. Epital : warna pucat pada
kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan halus.
·
Insiden
Insedensi anemia aplastik dilaporkan berbeda-beda. Di
Swedia, insidensinya adalah 4 kasus tiap satu juta anak, dan 13 kasus setiap
satu juta penduduk secara total.
·
Etiologi
Etiologi anemia aplastik beraneka
ragam. Berikut ini adalah berbagai factor yang menjadi etiologi anemia
aplastik.
·
Factor genetic
Kelompok
ini sering dinamakan anemia aplastik konstitusional dan sebagian besar dari
padanya diturunkan menurut hukum Mendel.
·
Obat-obatan dan bahan kimia
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar
hipersensitifitas atau dosis obat berlebihan. Obat yang sering menyebabkan
anemia aplastik adalah kloramfenikol. Sedangkan bahan kimia yang terkenal dapat
menyebabkan anemia aplasti adalah senyawa benzene.
·
Infeksi
Infeksi
dapat menyebabkan anemia aplastik sementara atau permanen.
ü
Sementara
Ø Mononucleosis infeksiosa
Ø Tuberculosis
Ø Influenza
Ø Bruselosis
Ø Dangue
ü
Permanen
Penyebab yang terkenal
ialah virus hepatitis tipe non-A dan non –B. virus ini dapat menyebabkan anemia. Anemia aplastik pasca-hepatitis
ini mempunyai prognosis yang
buruk.
·
Iradiasi
Hal ini terjadi pada pengobatan penyakit keganasan dengan
sinar X. peningkatan dosis penyinaran sekali waktu akan menyebabkan terjadinya
pansitopenia. Bila penyinaran dihentikan, sel-sel akan berproliferasi kembali.
Iradiasi dapat menyebabkan anemia aplastik berat atau ringan.
·
Kelainan imunologis
Zat anti terhadap sel-sel hematopoietic dan lingkungan mikro
dapat menyebabkan aplastik.
·
Idiopatik
Sebagian besar (50-70%) penyebab anemia aplastik tidak
diketahui tidak diketahuiatau bersifat idiopatik.
2. Anemia Defesiensi Besi
Anemia Defesiensi Besi adalah anemia yang timbul akibat
kosongnya cadangan besi tubuh , sehingga penyediaan besi untuk eritopoesis
berkurang yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang.
Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering
dijumpai , terutama dinegara tropis.
·
Etiologi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya
masukan besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan
menahun.
·
Gejala klinis
Gejala
anemia difisiensi dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar :
1. Gejala umum anemia
Gejala
umum anemia yang disebut juga sebagai syindrom anemia, dijumpai pada anemia difisiensi jika kadar Hb turun dibawah 7 – 8 gr/dl.
Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang ,
serta telinga mendenging. Pada anemia difisensi besi , karena terjadi penuruan
kadar Hb secara berlahan-lahan, seringkali
syindrom anemia tidak terlalu
mencolok dibandingkan anemia lain yang
penurunan kadar Hbnya lebih cepat.
2. Gejala khas akibat
difisiensi besi
Gejala
yang khas dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah sebagai berikut:
-
Koilorikia : kuku sendok ( spoon nail ) kuku menjadi rapuh, bergaris – garis vertical
dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.
-
Atrofi papilla lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena
papil lidah menghilang.
-
Stomatitis angularis : adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak
sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
-
Disfagia : nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
-
Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.
3. Anemia megaloplastik
Anemia megaloplastik adalah
anemia yang khas ditandai oleh adanya sel megaloplas
dalam sumsum tulang. Sel megaloplas adalah sel precursor eritrosit dengan
bentuk sel yang besar disertai adanya kes, dimana maturasi sitoplasma normal
tetapi inti besar dengan susunan kromosom yang longgar.
·
Insidensi
Anemia
megaloblastik yang disebabkan oleh anemia pernisiosa banyak dijumpai pada
orang-orang skandinavia, inggris dan irlandia dengan angka kejadian 90 kasus
tiap 100.000 penduduk pertahun. Pernah dilaporkan adanya anemia pernisiosa pada
penduduk afrika selatan, Daratan cina, dan Arab. Belum pernah dilaporkan
tentang kejadian anemia pernisiosa di Indonesia.
·
Etiologi
Penyebab anemia megaloblastik adalah
sebagai berikut :
1. Defisiensi
vitamin B12
a.
Asupan kurang : pada vegetarian
b.
Malabsopsi
c.
Gangguan metabolism seluler : defisiensi enzim, abnormalitas protein pembawa
kobalamin ( defisiensi transkobalamin ), dan paparan nitrit oksida yang
berlangsung lama
2. Defisiensi asam folat
a. Asupan kurang
Gangguan nutrisi : alkoholisme, bayi
premature, orang tua, hemodialisis dan anoreksia nervosa
Malabsopsi
: gastrektomi parsial, reseksi usus halus, penyakit Crohn’s, skeroderma, dan
obat antikonvulsan.
b.Peningkatan kebutuhan : kehamilan,
anemia hemolitik, keganasan, hipertiroidisme, serta erittropoesis yang tidak efektif
(anemia pernisiosa, anemia sideroblastik, leukemia, anemia hemolitik).
c. Gangguan metabolism folat :
alkoholisme, defisiensi enzim
d. Penurunan cadangan folat di hati
: alkoholisme, sirosis non alkoholik, dan hepatoma
3. Gangguan
metabolism vitamin B12 dan asam folat.
·
Gejala klinis
Gejala klinis yang biasanya muncul pada anemia megaloblastik
adalah sebagai berikut.
1. Anemia karena eritropoesis
yang inefektif
2. Ikterus ringan akibat pemecahan
globin.
3.Glositis dengan lidah berwarna merah,
seperti daging (buffy tongue), stomatitis angularis.
4. Purpura trombositopeni karena
maturasi megakariosit terganggu.
5. Pada defisiensi vitamin B12
dijumpai gejala neuropati sebagai berikut.
ü
Neuropati perifer : mati rasa,
terbakar pada jari
ü
Kerusakan kolumna posterior :
gangguan posisi, vibrasi.
ü
Kerusakan kolumna lateralis :
spastisitas dengan deep reflex hiperaktif dan gangguan
serebrasi.
4. Anemia
hemolitik
Anemia Hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses
hemolisis, yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.
·
Insidensi
Anemia hemolitik merupakan anemia yang tidak terlalu sering
dijumpai, tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostic yang tepat.
Pada kasus-kasus penyakit dalam yang dirawat di RSUP Sanglah tahun 1997, anemia
hemolitik merupakn 6% dari kasus anemia, menempati urutan ketiga setelah anemia
aplastik dan anemia sekunder karena keganasan hematologis.
·
Klasifikasi
Pada dasarnya anemia hemolitik dapat dibagi menjadi dua
golongan besar sebagai berikut.
1.
Anemia hemolitik karena factor di dalam eritrosit sendiri (intrakorpuskular),
yang sebagian besar bersifat herediter-familiar.
2.
Anemia hemolitik karena factor di luar eritrosit (ekstrakorpuskular), yang
sebagian besar bersifat didapatkan.
5.
Anemia Sel sabit
Anemia sel sabit merupakan suatu gangguan resesif otosom
yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektif, satu buah
dari masing-masing orang tua. Hb yang cacat itu disebut hemoglobin S (HbS),
menjadi kaku dan membentuk konfigurasi seperti sabit apabila terpajan oksigen
berkadar rendah.
·
Insidensi
Di
amerika serikat, anemia sela sabit terutama mengenai orang amerika keturunan
afrika, yaitu 1 diantara 375 bayi. Selain itu juga didapatkan pada penduduk mediterania,
karibia, dan keturunan Amerika Selatan dan tengah yang mempunyai nenek moyang
arab dan india timur.
·
Etiologi
Ada beberapa factor yang dianggap sebagai perangsang
terbentuknya sel sabit, yaitu stress fisik, demam dan trauma.
BAB III
ASKEP
ANEMIA
A. Definisi
Anemia (dalam bahasa Yunani: tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru – paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam
sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah
yang diperlukan tubuh.
B. Etiologi
Penyebab anemia yang sering diderita adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit yaitu besi, vitamin B12 dan asam folat. Anemia juga dapat diakibatkan dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.C. Tanda dan Gejala Anemia
- Lemah, letih, lesu dan lelah.
- Sering mengeluh pusing dan mata berkunang – kunang.
- Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum – sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum – sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan.Masalah dapat diakibatkan oleh efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah. Lisis sel darah merah terjadi dalam sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Proses bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah.
`Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang, akibatnya dapat menghambat kerja organ – organ penting, salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, lambat menangkap, jika sudah rusaktidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
E. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :- Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )
- Kadar Ht menurun ( normal 37% – 41%)
- Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
- Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
- Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia aplastik)
F. Data Fokus
Terdiri dari DS (data subjektif) dan DO (data objektif). Data subjektif merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengkajian terhadap pasien atau keluarga pasien (apa yang dikatakan pasien atau keluarga pasien), sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan.Biasanya data fokus yang didapatkan adalah :
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan lemah, letih, lesu.
- Pasien mengatakan nafsu makan menurun.
- Pasien mengatakan mual.
- Pasien mengatakan sering haus.
- Pasien tampak lemah, letih, lesu
- Berat badan menurun, pasien tidak mau makan
- Pasien tampak mual dan muntah – muntah.4.
- Bibir tampak pecah – pecah, kulit pasien tampak kering
G. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat kesehatan dahulu
4.
Riwayat
kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pasien memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti diabetes militus,
penyakit jantung, struk ?H. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum
- Kulit
- Mata
- Telinga
- Mulut
- Paru – paru
- Kardiovaskuler
- Gastrointestinal
- Muskuloskletal
- System persyarafan
G. Diagnosa Keperawatan
- Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan).
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata Pasien
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. HUmur : 80 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
No. Registrasi : 0182
Diagnosa medis : Anemia
Tanggal masuk Rumah Sakit: 12 Februari 2014, Rabu
Tanggal Pengkajian : 13 Februari 2014, Kamis
Alamat : Kp. Cipanengah RT 01 / RW 06, Kecamatan Gunung Tandala Kawalu
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. AUmur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Hubungan dengan pasien : Anak
Alamat : Kp. Cipanengah RT 01 / RW 06, Kecamatan Gunung Tandala Kawalu.
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sakit kepala (pusing).3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 13 Februari 2014, Kamis, pukul 08.30 WIB, pasien mengeluh mual, muntah – muntah, lemah, lemas, pusing pada pagi hari Pusing dirasakan setelah beraktivitas mencangkul padi, pusing yang dirasakan pada bagian depan atas. Skala nyeri: 3 (nyeri sedang).4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah mengalami penyakit yang dialami sekarang sebelum masuk ke Rumah Sakit.5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti diabetes militus, penyakit jantung, struk, hipertensi.B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
Pasien tampak bersih2. Tingkat Kesadaran
Apatis3. Tanda–tanda Vital
a. Tekanan darah : 120 / 60 mmHgb. Nadi : 85 x / menit
c. Pernafasan : 28 x / menit
d. Suhu : 36,2 0 C
4. Berat Badan dan Tinggi Badan
Berat badan dan tinggi badan telah dikaji namun keluarga pasien tidak tahu dan pasien tidak bersedia untuk dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan.5. Pemeriksaan Head to Toe
A. Kepala/rambutSimetris, warna rambut hitam dan beruban, terlihat rapi, penyebaran rambut merata, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, rambut tampak bersih.
B. Mata
Simetris, penglihatan tidak tajam, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tampak bersih.
C. Telinga
Simetris, tampak bersih, pendengaran kurang tajam, tidak ada perdarahan, tidak ada serumen.
D. Hidung
Simetris, tampak bersih, tidak ada benjolan, penciuman normal, tidak ada sekret, tidak ada kotoran, tidak ada luka, ada bulu hidung, tidak ada perdarahan.
E. Mulut
Simetris, gigi tidak lengkap, tidak bau mulut, tidak kotor, warna bibir sedikit merah.
F. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tampak bersih, tidak ada jaringan parut, tidak ada lesi.
G. Dada (paru – paru dan jantung)
Bentuk dada simetris, bunyi jantung regular, nafas cepat, tidak ada penumpukan cairan pada pleura.
H. Ketiak
Simetris, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kemerahan, tidak ada pigmentasi.
I. Perut
Simetris, tidak ada busung, tidak obesitas, bentuk perut datar, tidak ada penumpukan cairan.
J. Genetalia
Tidak ada keluhan maupun kelainan.
K. Kulit dan kuku
Kulit keriput, kering, warna kulit kuning langsit, kuku dan kulit tampak bersih.
L. Ekstermitas atas
Simetris, ada nyeri tekan pada tangan kiri karena terpasang infus, tidak ada kelainan, agak lemah.
Kekuatan otot : 4 3
M. Ekstermitas bawah
Simetris, tidak ada nyeri tekan, tampak bersih.
Kekuatan otot : 4 4
C. Aktiftas Sehari-hari
No.
|
Aktivitas
|
Sebelum sakit
|
Sesudah sakit
|
1.
|
Nutrisi
|
||
a.
Makan
|
|||
1) Jenis
|
Nasi
|
D5
|
|
2) Frekuensi
|
2x / 3x sehari
|
Belum makan
|
|
3) Porsi
|
1 porsi habis
|
Tidak ada
|
|
4) Keluhan
|
Tidak ada
|
Ada
|
|
b.
Minum
|
|||
1) Jenis
|
Air putih / kopi
|
Air putih
|
|
2) Frekuensi
|
4x / hari
|
1 gelas
|
|
3) Keluhan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
2.
|
Eliminasi
|
||
a.
BAK
|
|||
1) Frekuensi
|
4x / hari
|
2x
|
|
2) Warna
|
Kuning / putih
|
Kuning
|
|
3) Keluhan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
b. BAB
|
|||
1) Frekuensi
|
1x / hari
|
Belum
|
|
2) Warna
|
Kuning khas
|
Tidak ada
|
|
3) Konsistensi
|
Lembek
|
Tidak ada
|
|
4) Keluhan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
3.
|
Personal higiene
|
||
a. Mandi
|
2x / hari
|
1x
|
|
b. Gosok gigi
|
2x / hari
|
Belum
|
|
c. Keramas
|
3x / minggu
|
Belum
|
|
4.
|
Istirahat dan
tidur
|
||
a. Malam
|
|||
1)
Frekuensi
|
8 jam
|
4 jam
|
|
2)
Keluhan
|
Tidak ada
|
Ada
|
|
b. Siang |
|||
1)
Frekuensi
|
2 jam
|
Belum
|
|
2)
Keluhan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
5.
|
Mobilisasi dan
aktivitas
|
||
a. Jenis aktivitas |
Tani / mencangkul
|
Istirahat
|
|
b. Keluhan |
Tidak ada
|
Ada
|
D. Data penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Gula darah sewaktu: 144,0Faal ginjal(kreatinin): 1,38 *
Faal hati: SGOT 52,5 *
SGPT: 74,6 *
2. Terapi
Infus D5Obat injeksi :
– Levofioksan 1×1
– Pantoprazol 1×1
– Kalneks 3×1
E. Analisa Data
No.
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
Ds : Pasien mengatakan
pusing pada bagian depan atas kepala.
Do : Pasien tampak
meringis kesakitan, mengeluh, tampak tidak nyaman pada sakit pada kepalanya,
skala nyeri : 3 (nyeri sedang).
|
Kekurangan
jumlah sel darah merah didalam tubuh
Pengangkutan sel darah merah ke seluruh tubuh tidak optimalSedangkan sel darah merah diperlukan untuk mengangkut oksigen ke dalam otak Sehingga suplai oksigen ke dalam otak pun berkurang Sakit kepala (pusing) Gangguan rasa nyaman nyeri |
Gangguan rasa
nyaman nyeri
|
2.
|
Ds : Pasien
mengatakan belum makan, lemas, mengeluh mual.
Do : Pasien tampak
mual dan muntah – muntah, lemas, muka pucat.
|
Mual
Mual dapat
merangsang output dari dalam tubuh
Muntah – muntah
Tubuh kekurangan
nutrisi
Intek tidak
terpenuhi
Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
|
Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
|
3.
|
Ds : Pasien
mengatakan lemah, lemas.
Do : pasien tidak
bisa beraktivitas dengan leluasa karena badanya lemah, tangan kiri tidak bisa
digerakan dengan bebas karena terpasang infus.
|
Tangan kiri
dipasang infus
Tangan kiri tidak
dapat bergerak bebas dengan leluasa
Keterbatasan dalam
melakukan aktivitas
Gangguan aktivitas
|
Gangguan aktivitas
|
F. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut prioritas masalah
- Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan berkurangnya pengangkutan sel darah merah ke seluruh tubuh.
- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah.
- Gangguan aktivitas berhubungan dengan terpasang infus pada tangan kiri.
G. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, EVALUASI
No.
|
Diagnosa keperawatan
|
Intervensi
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
||
Tujuan
|
Perencanaan
|
Rasional
|
||||
1.
|
Gangguan rasa
nyaman nyeriberhubungan dengan berkurangnya pengangkutan sel darah merah ke
seluruh tubuh.
Ds : Pasien
mengatakan pusing pada bagian depan atas kepala.
Do : Pasien tampak
meringis kesakitan, mengeluh, tampak tidak nyaman pada sakit pada kepalanya,
skala nyeri : 3 (nyeri sedang).
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit diharapkan tanda – tanda vital
normal kembali, nyeri pada kepala dapat berkurang dan hilang.
|
– Observasi
tanda – tanda vital
– Relaksasi
– Distraksi
|
–
Mengobservasi tanda – tanda vital dapat membantu dalam menentukan diagnosa
keperawatan dan dapat memberikan tindakan keperawatan dengan tepat.
– Relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri pada kepala, tidak memperparah nyeri.
– Distraksi dapat
memberikan ketenangan pada pasien, sehingga pasien tidak fokus pada nyeri.
|
13 Februari
2014, Kamis, pukul 08.30 WIB.
– Mengobservasi
tanda – tanda vital dengan hasil :
tekanan darah :
120 / 80 mmHg
nadi : 85x / menit
pernafasan : 28x /
menit
suhu : 36,2 0
C.
– Memposisikan
pasien dengan tepat dan nyaman, memberikan lingkungan yang tenang, membatasi
pengunjung, menganjurkan pasien beristirahat dengan tenang.
– Menganjurkan
pasien untuk menarik nafas secara perlahan, memotivasi pasien untuk sembuh
kembali.
|
S : normal tanda –
tanda vital :
Tekanan darah :
sistol 100 – 140
siastol 60 – 90
nadi : 60 – 100x /
menit
pernafasan : 16 –
24x / menit
suhu : 36 – 37,5 0C.
O : Pasien tampak
masih sakit kepala.
A : Masalah tidak
teratasi.
P : Lanjutkan
intervensi pada siang hari.
|
2.
|
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah.
Ds : Pasien
mengatakan belum makan, lemas, lemah, mengeluh mual.
Do : Pasien tampak
mual dan muntah – muntah, lemas, lemah, muka pucat, konjungtiva anemis.
|
Pasien mampu
menghabiskan 1 porsi makan, kebutuhan nutrisi terpenuhi, mempertahankan
keseimbangan berat badan yang sesuai, tidak mual dan tidak muntah – muntah.
|
– Beri nutrisi
– Beri minum air
hangat (cairan)
– Beri makan
sedikit tapi sering
|
– Membantu
rencana diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
– Air hangat dapat
merangsang kenyamanan perut agar tidak merasa mual dan muntah – muntah.
– Meningkatkan
energi dan mengurangi pengeluaran energiyang berlebihan.
|
–
Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam memberikan makanan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien.
– Memberikan minum
air hangat
– Memberikan makan
sedikit tapi sering.
|
S : Pasien
mengatakan badanya masih lemah, lemas.
O : Pasien masih
tampak lemah, lemas, dan pucat.
A : Masalah tidak
teratasi.
P : Lanjutkan
intervensi pada siang hari.
|
3.
|
Gangguan
aktivitas berhubungan dengan terpasang infus pada tangan sebelah kiri.
Ds : Pasien
mengatakan lemah.
Do : pasien tidak
bisa beraktivitas dengan leluasa karena badanya lemah, tangan kiri tidak bisa
digerakan dengan bebas karena terpasang infus.
|
Pasien dapat
melakukan gerakan ringan dengan baik.
|
– Anjurkan dan
ajarkan pasien untuk melakukan gerakan ringan pada tangan yang terpasang
infus.
– Anjurkan pasien
untuk melakukan gerakan ringan pada ekstermitas atas dan bawah.
|
– Menghindari
terjadinya kekakuan otot – otot pada tangan yang terpasang infus.
– menghindari
terjadinya kekakuan pada ekstermitas atas dan bawah.
|
– Menganjurkan
dan mengajarkan pada pasien untuk melakukan gerakan ringan pada tangan yang
terpasang infus.
– Menganjurkan
pasien untuk melakukan gerakan ringan pada ekstermitas atas dan bawah.
|
S : Pasien
mengatakan masih tidak bisa beraktivitas dengan bebas dan masih lemah.
O : Pasien tampak
lemah dan dapat melakukan gerakan namun terbatas, tidak dapat melakukan
personal higiene seperti memandikan, mencuci rambut, menggosok gigi,
menggunting kuku.
A : Masalah tidak
teratasi.
P : Lanjutkan
intervensi pada siang hari.
|
BAB
V
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan asuhan keperawatan pada Tn. H dengan diagnosamedis
anemia di ruang perawatan umum Rumah Sakit Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya,
pada tanggal 13 Februari 2014 melalui pendekatan kesengajaan secara teori dan
kenyataan di lapangan, pembahasan dibahas melalui langkah –langkah keperawatan
sebagai berikut:A. Pengkajian
Penulis dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa medis anemia yang dapat meliputi identitas pasien,identitas penanggung jawab.B. Diagnosa Keperawatan
Menurut tinjauan analisa data pada diagnosa keperawatan terdapat beberapa masalah di antaranya:- Gangguan rasa nyaman nyeri
- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
- Gangguan aktivitas
- Intervensi.
C. Intervensi
Penulis dapat menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul, situasi dan kondisi didukung oleh sikap keluarga dan pasien yang kooperator. Perencanaan berdasarkan teori yang diperoleh dari beberapa literatur yang mendukung.E. Implementasi
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Banyak faktor yang mendukung terlaksananya implementasi keperawatan diantaranya peran keluarga yang mendukung, tersedianya alat – alatserta adanya bimbingan dari perawat ruangan, pembimbing akademik, serta adanya peran dokter yang menentukan diagnosa medis.F. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan dan melibatkan kerjasama pasien, keluarga dan tim kesehatan yang lain dengan menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan oleh institusi pendidikan SMK Bhakti Kencana Ciawi dan Rumah Sakit Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya.E. Evaluasi
Penulis dapat mengevaluasi keadaan pasien dan tindakan keperawatan selanjutnya setelah dilakukan implementasi. Evaluasi terdiri dari subjektif, berdasarkan apa yang dikatakan oleh pasien, objektif, berdasarkan pengamatan terhadap keadaan pasien
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal (Smeltzer, 2002 : 935). Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).B. Saran
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, maka dari itu selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit. Cara mengatasi anemia yaitu dengan cara pola hidup yang sehat dapat mencegah penyakit anemia, hidup terasa lebih nyaman dan indah dengan melakukan pencegahan terhadap penyakit anemia dari pada kita sudah terkena dampaknya.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn E, dkk, 2000, rencana asuhan
keperawatan, edisi 3, EGC. Jakarta.2. Wikjnjo Sastro Hanifa, 2002, ilmu kebidanan, yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta.
3. Mansjoer, dkk, 2001, kapita selekta kedokteran jilid I, media aesculapius fakultas universitas indonesia, Jakarta.
4. Tucker susan martin, dkk, 1999, standar perawatan pasien, proses keperawatan, diagnosis dan evaluasi, edisi V, Vol IV, EGC Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar