Senin, 25 September 2017

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SOL



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SOL
I.  LANDASAN TEORI
A.     Definisi
SOL merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kuntusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intra kranial. ( Long, C 1996 ; 130 )
Abses Otak adalah suatu proses yang melibatkan parenkim otak terutama disebabkan oleh penyebaran infeksi dari focus yg berdekatan oleh penyebaran infeksi melalui vascular.
Tumor Otak adalah proses pertumbuhan termasuk benigna dan maligna yang mengenai otak dan sumsum tulang belakang ( Bullock, 1996 ).
Timbunan abses pada daerah otak mempunyai daerah spesifik, pada daerah cerebrum 75% dan cerebellum 25%.(long,1996;193)
B.     ETIOLOGI
a.       Mikroorganisme.
Berbagai mikroorganisme dapat ditemukan pada AO, yaitu bakteri, jamur dan parasit.
- Bakteri : Staphylococcus aureus, Streptococcus anaerob, Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus alpha hemolyticus, E. coli dan Baeteroides.
·        Staphylococcus biasanya berkembang dari perjalanan otitis media atau fraktur kranii.
·        Streptococcus aerob dan anaerob Haemophilus influenzae.  berasal dari sinus paranasalis, Streptococcus dan Pneumococcus sering merupakan komplikasi infeksi paru.
·        Abses pada penderita jantung bawaan sianotik umumnya oleh Streptococcus anaerob.
- Jamur  :   Nocardia asteroides, Cladosporium trichoides dan spesies Candida dan Aspergillus.
- Parasit : Entamuba histolitica >>  hematogen.
- Komplikasi dari infeksi telinga (otitis media, mastoiditis )hampir setengah dari jumlah penyebab abses otak serta Komplikasi infeksi lainnya seperti ; paru-paru (bronkiektaksis,abses paru,empiema )jantung ( endokarditis ), organ pelvis, gigi dan kulit.(long,1996;193)
b. Malignansi : Metastase >> glioma, meningoma, adeonoma pituatari, & neuroma akustik (95%)
tumor primer ( 0% ), Tumor otak ( 30 %), Tumor multiple (50%)
c. Faktor resiko
Faktor Resiko, tumor otak dapat terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden meningkat seiring dengan pertambahan usia terutama pada dekade kelima, keenam dan ketujuh .faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu ( Okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas ), namun hal tersebut belum bisa dipastikan.Pengaruh genetik berperan serta dalam tibulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit neurofibomatosis.

C.     MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala :
1. Nyeri kepala :Merupakan keluhan utama pada kira-kira 20% kasus. Dapat dirasakan selama perjalanan penyakitnya, dapat umum atau terlokalisir pada daerah yang berlainan. Sifat nyerinya digambarkan sebagai nyeri berdenyut atau dirasakan sebagai rasa penuh di kepala dan seolah-olah kepala mau "meledak". Timbulnya dimulai pagi hari, dikaitkan oleh karena kenaikan kadar CO2 selama tidur. Adanya CO2 ini menyebabkan aliran darah serebral meningkat serta kongesti dari sistema vena serebral. Ini mengakibatkan tekanan intrakranial meningkat.
2. Muntah : Muntah tidak berhubungan dengan lokalisasi tumor, sering timbul pada pagi hari. Sifat muntah adalah khas, yaitu proyektil atau muncrat dan tidak didahului rasa mual.
3. Kejang : Kejang dapat merupakan manifestasi pertama tumor otak pada 15% kasus. Dikatakan, bahwa apabila terjadi kejang fokal pada orang berumur di bawah 50 tahun, harus dipikirkan adanya tumor otak, selama penyebab lain belum ditemukan.
4. Gangguan mental : Gejala gangguan mental tidak perlu dihubungkan dengan lokalisasi tumor, walaupun beberapa sarjana menyatakan bahwa gejala ini sering dijumpai pada tumor lobus frontalis dan temporalis. Juga dikatakan bahwa menigioma merupakan tumor yang sering menimbulkan gangguan mental. Gejalanya sangat tidak spesifik. Dapat berupa apatis, demensia, gangguan memori, gangguan intelegensi, gangguan tingkah laku, halusinasi sampai seperti psikosis.
5. Pembesaran kepala : Keadaan ini hanya terjadi pada anak-anak, dimana suturanya belum menutup. Dengan meningkatnya tekanan intrakranial, sutura akan melebar dan fontanella anterior menjadi menonjol. Pada beberapa anak sering terlihat pembendungan vena didaerah skalp dan adanya eksoftalmos. Pada perkusi terdengar suara yang khas, disebut crack pot signs (bunyi gendi yang rengat).
6. Papil edema : Papil edema dapat terjadi oleh karena tekanan intrakranial yang meningkat atau akibat langsung dari tekanan tumor pada N II. Derajat papil edema tidak sebanding dengan besarnya tumor dan tidak sama antara mata satu dan lainnya. Bila tekanan intrakranial meningkat dengan cepat, akan terjadi pembendungan vena-vena N. Optikus dan diskus optikus menjadi pucat serta membengkak. Sering disertai perdarahan-perdarahan disekitar fundus okuli. Pada papil edema yang kronis dapat menyebabkan gliosis N. Optikus dan akhirnya N. Optikus mengalami atrofi sekunder dengan akibat kebutaan.
7. Ataksia :  Gangguan  Keseimbangan.
8. Perubahan status Mental (gangg.Konsentrasi, cepat lupa, gangg kepribadian, perubahan Mood, berkurangnya inisiatif.
Gejala fokal yang terlihat pada abses otak
·        Lobus Frontalis mengantuk, tidak ada perhatian, hambatan dalam mengambil keputusan,Gangguan intelegensi, kadang-kadang kejang
·        Temporalis tidak mampu meyebut objek;tidak mampu membaca, menulis atau,mengerti kata-kata;hemianopia.
·        Parietalis gangguan sensasi posisi dan persepsi stereognostik,kejang fokal,hemianopia homonim,disfasia,akalkulia,agrafia
·        Serebelum sakit kepala suboksipital,leher kaku,gangguan koordinasi,nistagmus,tremor intensional.
·        Corpus Callesum : Deteorisasi intelektual, kehilangan kemampuan komunikasi
·        Midbrain : pupil an isokor, gangguan saraf pd cranial.

D.    PEMERIKSAAN PENUNJANG & DIAGNOSTIK
  • CT Scan ; memberi informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor dan meluasnya odema cerebral serta memberi informasi tentang sistem vaskuler
  • MRI ; membantu dalam mendeteksi tumor didalam batang otakdan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT Scan
  • Biopsi Stereotaktik ; dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar pengobatan serta informasi prognosis.
  • Angiografi ; memberi gambaran pembuluh darahserebral dan letak tumor
  • Elektro ensefalografi ; mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang

E.     PENATALAKSANAAN MEDIS
1.      Terapi antibiotik. Kombinasi antibiotik dengan antibiotik spektrum luas. Antibiotik yang dipakai ;Penicilin, chlorampenicol (chloramyetin) dan nafacillen (unipen). Bila telah diketahui bakteri anaerob, metrodiazelo (flagyl) juga dipakai.
2.      Surgery ; aspirasi atau eksisi lengkap untuk evaluasi abses.
3.      Untuk tumor primer jika memungkinkan dilakukan eksisi sempurna namun umumnya sulit dilakukan sehingga dilakukan radioterapi dan kemoterapi, pada tumor metastase dilakukan perawatan paliatif
4.      Hematom membutuhkan evakuasi
5.      Lesi infeksi membutuhkan evakuasi dan terapi antibiotik
6.      Pemberian deksametason dapat menurunkan edema sebral.
7.      Pemberian Manitol untuk menurunkan peningkatan TIK
8.      Pemberian antikonvulsan  sesuai gejala yg timbul

F.      KOMPLIKASI
Komplikasi meliputi :
- retardasi mental
- epilepsy
- kelainan neurologik fokal yang lebih berat.
Komplikasi ini terjadi bila AO tidak sembuh sempurna.

G. WOC (terlampir)

II. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
A.     PENGKAJIAN
·        Identitas klien ;usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tgl MRS, askes dst.
·        Keluhan utama ; nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran.
·        Riwayat penyakit sekarang ; demam, anoreksi dan malaise, peninggian tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal .
·        Riwayat penyakit dahulu ; pernah atau tidak menderita infeksi telinga (otitis media, mastoiditis ) atau infeksi paru-paru (bronkiektaksis,abses paru,empiema )jantung ( endokarditis ), organ pelvis, gigi dan kulit.

PENDEKATAN FUNGSIONAL GORDON
·        POLA PERSEPSI & PENANGANAN KESEHATAN
Tanyakan pandangan klien & keluarga ttg penyakit dan pentingnya kesehatan bagi klien dan keluarga? Apakah klien merokok / minum alcohol / pernah mengkonsumsi  obat obat tertentu ? apakah ada alergi?
·        POLA NUTRISI & METABOLISME
Kaji Pola nutrisi klien sebelum dan selama di rawat di RS. Apa porsi makannya? Apakah dulu  selalu dihabiskan? Kaji adanya mual. Muntah dan disfagia?
·        POLA ELIMINASI
Kaji pola miksi dan defekasi klien? Apakah terdapat gelaja inteinensia kandung kemih, gangguan fungsi usus ? apakah memakai alat bantu?
·        POLA AKTIVITAS/OLAHRAGA
Kaji keadaan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari , kaji adanya kelemahan, kaku, hilang keseimbangan, perubahan kesadaran, hemiparase, ataksia, & keterlibatan dalam beraktivitas kaji kekuatan otot
·        POLA ISTIRAHAT & TIDUR
Kaji perubahan pola tidur, adanya factor factor yang mempengaruhi tidaur seperti nyeri, cemas, dll
·        POLA PERSEPSI –KOGNITIF
KaJi adanya perubahan tingkah laku, amnesia, vertigo, tinnitus, kehilangan pendengaran, gangguan pengucapan, peciuman, perubahan kesadaran, & status metal, perubahan pupil, ekspresi wajahm hemiparase, kejang & sensitive  terhadap Gerakan. Untuk kenyamanan kaji juga andaya nyeri, kepala intensitas berbeda & lama , respon apatis, gelisah & gangguan tidur.
·        POLA PERAN HUBUNGAN
Tanyakan bagaimana fungsi peran klin dalm keluarganya sebelum & selama di RS, siapa saja system pendukung klien dan apakah ada masalah dilingkunagn keluarga ataupun social
·        POLA SEKSUALITAS
Kaji adanya masalah hubungan dg pasangan, perubahan tk. Kepuasan, Jika wanita : Kaji pola menstruasi, pemeriksaan payudara.Jika Pria : Kaji adanya periksaan testis mandiri bulanan
·        POLA KOPING – TOLERANSI STRESS
Tanyakan perubahan utama klien selama di rawat di RS apakah klien cemas, mudah tersinggung, deprsesi, apakah yg dilekukan klien saat ada masalah?
·        POLA KEYAKINAN – NILAI
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapai penyakitnya?
A.     PERUMUSAN DIAGNOSA , KRITERIA HASIL, DAN INTERVENSI (NANDA, NIC,NOC)
DIAGNOSA (NANDA)
NIC
NOC
1.      Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Faktor resiko :
-         Tumor Otak
-         Artherosklerosis arteri
-         Aneurisma serebral
-         Emboli
-         Trauma Kepala
-         Hipertensi
-         Endokoditis
-         Disemirasi koogulasi Inkavas kuler.

A). Kemampuan kognitif
- Komunikasi yg jelas & tepat
Orientrasi
Memroses Informasi
Membuat Keputusan yang tepat
b). Status Nurologi
- fungsi neurologi : tdk bingung
- Fungsi neurologi : sensoriksensorik kronik
- Komunikasi
- Ukuran pupil
- Tidak ada sakit kepala
c). Status menelan
- mengutamanan oral nutrisi
- produksi air litr
- reflex menelan
- Belajar menelan
d)/ Perfusi jaringan
- Fungsi neurologi
- Tek.Intrakranial
- Tidak ada sakit kepala
-  Tidak adaa kelemahan
-  Tidak ada kecemasan
-  Tidak ada muntah
a) Promosi Jar. Serebral
- Mengurangi hipertensi dg perluasan volume atau vsasokonsitriksi utk mengutamankan parameter hemadinamik & jaringan serebral
- Memberikan obat asoaktik untuk mengoptimalkan parameter hemadinamik

b). Perawatan Sirkulasi
- Melakukan tidankan yg komprehensif ttg sirkulasi peripheral
- Evaluasi edema dan denyut nadi perifer
- Memeriksa kulit yg rusak karena luka
- Memantau ketidaknyamanan dan nyeri
c).PemantauanTek.Intrakranial
- Menyediakan informasi kpd keluarga
- Pantau TTV
- Monitor batuk dann reflex BAB
- Pantau respon klien

d)/ Pemantauan Neurologi
- Monitor ukuran pupil bentuk, kesimestrisan dan reaksi
- Pantau tingkat orientasi
- Pantau tremor
2.      Ketidakseimbangan nutrisi :
Kurang dari kebutuhan .Batasan Karakteristik :
– Nyeri abdomen
– Tidak Nafasu makan
– BB 20 % dibawah ideal
– Lemah
– Diarae
– Mual, muntah
– Mulkus membrane pucat
– Gangguan menelan
- Ganguan pengecap
- Kurang pengetahuan
Faktor resiko :
- Faktor Biologis
- Tidak mampu menelan makanan
Faktor psikologis
a). Status nutrisi
- Intake nutrisi
- Intake makanan cairan
- Masa tubuh
b). Status Nutrisi : Intake cairan
- Intake makanan lewat mulut
- Intake makanan leawat slang
- Pemberian cairan lewat mulut
- Intake total parenteral nutrisi
c). Status nutrisi : Intake nutrisi
- Intake Kalori
_ Intake Protein
- Intake Lemak
- Intake KH
- Intake Mineral dan elektrolik
d). Kontrol BB
- antau BB
- memilih jenis makanan dan cairan- Menggunakan suplemen
- mengutamakan cairan
a). Pengaturan Makan
- Kolaborasi dg tim kesehatan lain dlm pergerakan
- Ajarkan konsep nutrisi yg baik pada klien dan keluarga
- Bina hub. Baik klien dan keluarga
- Amati psikologis klien
- Monitor intake cairan dan makanan tidp hari
- Pantau prilaku klien dan makan
- Motivasi klien menghaiskan makannya.
b). Pengaturan nutrisi
- Pantau adanya alergi pd klien
- Monitor intake kalori dan gaya hdp klien
- Monitor pola diet klien
- Berikan plhan makanan
- Ajarkan program diet dan pelaksanaannya
- Pantau TTV
3.      Resiko Cedera
Faktor Resiko
– Kondisi darah abmormal
– Disfungsi biokimia
– Usia dan psikologis
– Disfungsi efektor
– Disfungsi sensory
a). Pengetahuan : Perlindungan diri
- Menjelskan bgmna pencegahan jatuh, kecelakaan, keamanan air, api, benda elktronik, prilaku pribadi,
b). Status Neurologi
- Fungsi neurologi : motorik pusat
- Fungsi neurologi : sensorik cranial
-Komunikasi,Ukuran pupil, tdk ada sakit kepala
c). Kontrol Resiko : kemampuan dengan
- Monitor gejala ggn pandangan
- Trauma Kepala
- tes pendengaran
- Infeksi Telinga
d). Deteksi Resiko
- Mengenal tanda dan gejala
- Riwayat keluarga dan yankes
e). Perilaku keaamanan : mencegah jatuh
- Koreksi penggunaan alat bantu
- Perlengkapan bantuan pribadi
- Pemasangan penghalang tpt tdr
- Kompensasi keterbatasan fisik
a). Pencegahan Jatuh
- Indentifikasi deficit kognitif dan fisik yg dpt mengakibatkan jatuh
- Manage lingkungan yg aman
- Sediakan alat bantu
- Atur tempat tdr klien seaman mungkin, pasang sel
- Minta klien untuk segan memanggil jika butuh pertolongan
- Jauhkan benda tajam dan berbahaya
- Ajarkan keluarga ttg risiko cedera dan pencegahannya
 Anjurkan keluarga untuk sering memantau klien

b). Managemen kaamanan lingkungan
- Kolaborasi dg petugas lain dan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (1997). Diagnosa keperawatan. ( Ed. 6). Jakarta: EGC
Doenges, M. E. , et al (1997). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC
IOWA OUTCOME PROJECT. 2000. Nursing Outcome Classification 2nd. USA : Mosby
IOWA OUTCOME PROJECT. 2000. Nursing Intervension Classification 2nd. USA : Mosby
Long, B. C. (1996). Perawatan medikal bedah. Jakarta: EGC
Lumbantobing, SM. 2006. Neurologi Klinik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
NANDA.2009. nursing diagnoses Definition and classification. USA: Willey Blackwell
Price, S. A., & Wilson, L. M. (1995). Patofisiologi; konsep klinik proses- proses penyakit. (Ed. 4). Jakarta: EGC
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah. (Ed.8). Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar