BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Proses
keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi
optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk
dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan
tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri
dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat
diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Dalam keperawatan jiwa, perawat
memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara
terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri
secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri,
lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar
untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih
akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat
untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya
klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam
menghadapi berbagai masalah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi
keperawatan kesehatan jiwa ?
2. Apa
SajaKriteria Sehat Jiwa ?
3. Bagaimana
Rentang Sehat Jiwa ?
4. Apa Saja
Peran Perawat Kesehatan Jiwa ?
5. Bagaimana
Prinsip Dasar Upaya Pencegahan dalam keperawatan jiwa?
6. Bagaimana
Proses Keperawatan Jiwa ?
7. Bagaimana
sejarah keperawatan jiwa di indo dan didunia ?
C. Tujuan
Supaya kita sebagai tenaga kesehatan
memahami mengenai masalah kesehatan jiwa dan bagaimana cara kita sebagai tenaga
kesehatan memberikan asuhan keperawatan kesehatan jiwa dalam menanggulangi
masalah kesehatan jiwa itu sendiri.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
1) Pengertian Kesehatan Jiwa
Pengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk oleh
organisasi, diantaranya menurut :
- WHO
Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
- UU Kesehatan Jiwa No 3 tahun 1996
Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelectual, emocional secara
optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.
- Stuart & Laraia
Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif terhadap diri sendiri,
tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri,
memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan
lingkungan
- Rosdahl
Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan
keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.
2) Kriteria Sehat Jiwa
1. WHO, mengemukakan bahwa kriteria sehat jiwa terdiri dari :
a.
Sikap positif
terhadap diri sendiri
Hal ini dapat dipercayai jika melihat diri sendiri secara utuh/total contoh : membendingkan
dengan teman sebaya pasti ada kekurangan dan kelebihan. Apakah kekurangan
tersebut dapat diperbaiki atau tidak. Ingat, jangan mimpi bahwa anda tidak
punya kelemahan.
b.
Tumbuh dan
berkembang baik fisik dan psikologis dan puncaknya adalah aktualisasi diri
c.
Integrasi
Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh. Jangan hanya menonjolkan yang positif
saja tapi yang negatif juga merupakan bagian anda. Jadi seluruh aspek merupakan
satu kesatuan.
d.
Otonomi
Orang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan menerima
masukan dari orang lain dengan keputusan sendiri sehingga keputusan pasienpun
bukan diatur oleh perawat tapi mereka yang memilih sendiri
e.
Persepsi sesuai
dengan kenyataan
Stressor sering dimulai secara tidak akurat. Contoh: putus pacar karena perbedaan adat
2. H. Maslow
Bila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan tercapai aktualisasi diri. Cirinya
adalah:
a)
Persepsi akurat
terhadap realitas.
b)
Menerima diri
orang lain, dan hakekat manusia tinggi.
c)
Mewujudkan
spontanitas.
d)
Promblem centered yang akhirnya
memerlukan self centered.
e)
Butuh privasi.
f)
Otonomi dan
mandiri.
g)
Penghargaan
baru, hal ini bersifat dinamis sehingga mampu memperbaiki diri.
h)
Mengalami
pengalaman pribadi yang dalam dan tinggi.
i)
Berminat
terhadap kesejahteraan manusia.
j)
Hubungan intim
dengan orang terdekat.
k)
Demokrasi.
l)
Etik kuat.
m)
Humor/tidak
bermusuhan.
n)
Kreatif
o)
Bertahan atau
melawan persetujuan asal bapak senang.
3) Rentang Sehat Jiwa
1. Dinamis bukan titik statis.
2. Rentang dimulai dari sehat optimal-mati.
3. Adanya variasi tiap individu.
4. Menggambarkan kemampuan adaptasi.
5. Berfungsi secara efektif: sehat
4) Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa
1.
Menurut
Dorothy, Cecelia
Perawatan Psikiatric/Keperawatan Kesehatan Jiwa adalah proses dimana
perawat membantu individu/kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang
positif, meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harnonis serta
agar berperan lebih produktif di masyarakat.
2.
Menurut ANA.
Keperawatan Jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri
sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan
kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.
5) Peran Perawat Kesehatan Jiwa
Menurut Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen dalam Principles and Practice of Psychiatric
Nursing Care (1995), peran perawat adalah sebagai Attitude Therapy, yakni:
- Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi pada klien
- Mendemontrasikan penerimaan
- Respek
- Memahami klien
- Mempromosikan ketertarikan klien dan beradaptasi dalam interaksi
Sedangkan menurut Peplau, peran
perawat meliputi :
- Sebagai pendidik
- Sebagai pemimpin dalam situasi yang bersifat lokal, nasional dan internasional
- Sebagai ”surrogate parent”
- Sebagai konselor.
Dan yang lain dari peran perawat adalah :
- Bekerjasama dengan lembaga kesehatan mental
- Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan
- Memberikan pelayanan pada klien di luar klinik
- Aktif melakukan penelitian
- Membantu pendidikan masyarakat.
6) Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa
MODEL
|
VIEW OF
BEHAVIORAL DEVIATION
|
THERAPEUTIC
PROCES
|
ROLES OF
PATIENT & THERAPIST
|
Psychoanalitycal
(Freud,
Erickson)
|
·
Ego tidak mampu mengontrol
ansietas, konflik tidak sesuat
|
·
Asosiasi bebas & analisis
mimpi
·
Transferen untuk memperbaiki
traumatik masa lalu
|
·
Pasien: mengungkapkan semua
pikiran dan mimpi
·
Terapist: menginterpretasi
pikiran dan mimpi pasien
|
Interpersonal
(Sullivan, Peplau)
|
·
Ansietas timbul &
dialami secara interpersonal, basic fear is fear of rejection
|
·
Building feeling security
·
Trusting relationship &
interpersonal satisfation
|
·
Pasien: share anxieties
·
Terapist: use empathy &
relationship
|
Social
(Caplan, Szasz)
|
·
Social & environmental
factors create stress, which cause anxiety & symptom
|
·
Environmental manipulation
& social support
|
·
Pasien: menyampaikan masalah
menggunkan sumber yang ada di masyarakat
·
Terapist: menggali system
social klien
|
Existensial
(Ellis, Rogers)
|
·
Individu gagal menemukan &
menerima diri sendiri
|
·
Experience in relationship,
conduction in group
·
Encouraged to accep self
& control behavior
|
·
Pasien: berperan serta dalam
pengalaman yang berarti untuk mempelajari diri
·
Terapist: memperluas kesadaran
diri klien
|
Supportive
Therapy (Wermon, Rockland)
|
·
Faktor biopsikososial &
respon maladaptif saat ini
|
·
Menguatkan respon koping
adaptif
|
·
Pasien: terlibat dalam
identifikasi coping
·
Terapist: hubungan yang
hangat dan empatik
|
Medical
(Meyer, Kraeplin)
|
·
Combination from
physiological, genetic, environmental & social
|
·
Pemeriksaan diagnostic,
terapi somatic, farmakologik & tehnik interpersonal
|
·
Pasien: menjalani prosedur
diagnostic & terapi jangka panjang
·
Terapist: therapy, repport
effects, diagnose illness, therapeutic approach
|
Berdasarkan konseptual model keperawatan , maka dapat dikelompokan ke dalam
6 model yaitu:
1) Psychoanalitycal (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang
apabila ego (akal) tidak berfungsi
dalam mengontrol id (kehendak nafsu
atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib,
peraturan, norma, agama (super ego/das
uber ich), maka mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of behavioral.)
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik
interpsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa
oral dimana anak tidak mendapatkan air
susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata-kata,
dilarang dengan kekerasan untuk memasukan benda pada mulutnya pada fase oral
dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatik yang membekas pada masa
dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan
analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatik masa lalu. Misalnya klien
dinbuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya
pengalaman bawah sadarnya digali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali
traumatik masa lalu.
Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotik yang memerlukan keahlian dan
latihan yang khusus. Dengan cara
demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan
terapist berusaha untuk menginterprestasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment
atau pengkajian melalui keadaan-keadaan traumatik atau stressor yang
dianggap bermakna pada masa lalu misalnya (pernah disiksaorang tua, pernah
disodomi, diperlakukan secara kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan,
diperkosa pada masa anak-anak), dengan menggunakan pendekatan komunitasi
terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
2) Interpersonal (Sullivan, Peplau)
Menurut model konsep ini, kelainan jiwa sesorang bisa muncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (anxiety). Ansietas timbul dan dialami seseorang akibat adanya
konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan
ditolak atau tidak diterima oleh orang disekitarnya. Sebagai contoh dalam kasus
seorang anak yang tidak dikehendaki (unwanted
child. Dimana seorang anak yang dilahirkan dari hasil hubungan gelap,
ibunya pernah berupaya untuk membunuhnya karena merasa malu dan melanggar
norma, lingkungannya tidak menerima dengan hangat karena dianggap anak yang
harap, teman-temannya mengejek, ayahnya tidak pernah memberikan kasih sayang,
maka ia akan tumbuh menjadi anak yang tidak diterima oleh orang lain.
Proses terapi menurut konsep ini adalah build
feeling security (berupaya membangun rasa aman bagi klien), trusting relationship and interpersonal satisfaction (menjalin hubungan yang
saling percaya) dan membina kepuasan dalam berrgaul dengan orang lain dehingga
klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share
anxieties (berupaya melakuan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien,
apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship (perawat
berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh
klien). Perawat memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhunbungan dengan orang lain seperti: ”saya senang berbicara dengan anda,
saya siap membantu anda, anda sangat menyenangkan bagi saya”.
3) Social (Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini, seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor sosial dan faktor lingkungan
yang akan memicu munculnya stress pada seseorang (social and environmental factors create stress, which cause anxiety
and symptom). Akumulasi stressor yang ada pada lingkungan seperti: bising,
macet, tuntutan persaingan pekerjaan, harga barang yang mahal, persaingan
kemewahan, iklim yang sangat panas atau dingin, ancaman penyakit, polusi,
sampah akan mencetus stress pada individu.
Sterssor dari lingkungan diperparah oleh stressor dalam hubungan sosial
seperti atasan yang galak, istri yang cerewet, anak yang naka, tetangga yang
buruk, guru yang mengancam atau teman sebaya yang jahat akan memunculkan
berbagai sterssor dan membangkitkan kecemasan.
Prinsif proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environmen manipulation and social support (pentingnya
modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial). Sebagai contoh dirumah harus
bersih, teratur, harum, tidak bising, ventilasi cukup, panataan alat dan
perabotan yang teratur. Lingkungan kantor yang asri, bersahabat, ada tanaman,
tata lampu yang indah, hubungan kerja yang harmonis, hubungan suami istri yang
memuaskan.
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah paien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman
sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapist berupaya:
menggali sistem sosial klien seperti suasana di rumah, di kantor, di sekolah,
di masyarakat atau tempat kerja.
4) Existensial (Ellis, Rogers)
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa
terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.
Individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan
mengalami gangguan dalam body image-nya.
Pertanyaan yang tidak bisa dijawab adalah: Siapa saya? Bagaimana seharusnya
saya bersikap agar orang lain menyukai saya? Apa peganggan jalan hidp saya?
Norma mana yang saya anut? Seringkali individu merasa asing dan bingung dengan
dirinya sendiri, sehingga pencarian makna kehidupannya (eksistensinya) menjadi
kabur.
Prinsip dalam proses terapinya adalah: mengupayakan individu agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang
dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan (experience in
relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara intropeksi (self
assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conduction in
group), mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik
atau feed
back tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah: klien
dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti
untuk mempelajari dirinya dan mendapatkan feed
back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist
beruapaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik,
saran atau reward & punishment
5) Supportive Therapy (Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep model ini adalah: faktor biopsikososial
dan respon maladaptif saat ini. Aspek biologisnya menjadi maslah seperti:
sering sakit maag, migrain, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak
keluhan seperti :mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah,
ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti: susah bergaul,
menarik diri, tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan dan
sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa.
Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmampuan dalam beradaptasi pada
masalah-masalah yang muncul saat ini da tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Stressor pada saat ini misalnya berupa PHK atau ujian yang dianggap penting
sekali seperti ujian PNS, ujian saringan masuk PTN, tes masuk pekerjaan.
Ketidakmampuan beradaptasi dan menerima apapun hasilnya setelah berupaya
maksimal, menyebabkan individu menjdi stress.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif, individu
diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada
dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternatif pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki
dan yang biasa yang digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang
hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.
6)
Medical (Meyer,
Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang komplek meliputi: aspek
fisik, genetik, lingkungan dan faktor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya
harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi somatik, farmakologik dan
teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis
dalam melakukan prosedur diaognostik dan terapi jangka panjang, terapist
berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menetukan
diagnosa, dan menentukan jenis pendekatan tarapi yang digunakan. (therapy, repport effects, diagnose illness,
therapeutic approach)
7) Prinsip Dasar Upaya Pencegahan Dalam Keperawatan Jiwa
a.
Upaya
promotif/preventif (pencegahan primer)
Usaha-usaha ini meliputi usaha promosi dan pencegahan terjadinya gangguan
mental dengan kegiatan-kegiatan berikut :
·
Pendidikan
kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan mental.
·
Usaha-usaha
untuk meningkatkan kondisi kehidupan, bebas dari kemiskinan dan peningkatan
pendidikan kesehatan.
·
Pengkajian
terhadap stres-stres yang potensial dari perubahan-perubahan kehidupan dimana
dapat menimbulkan gangguan mental serta merujuk ke unit pelayanan yang sesuai.
·
Membantu
pasien-pasien di rumah sakit umum untuk usaha-usaha pencegahan masalah
psikiatrik.
·
Bekerjasama
dengan keluarga/kelompok untuk mendorong anggota-anggota keluarga/kelompok
dapat berfungsi dengan baik.
·
Berperan serta
dalam kegiatan masyarakat dan politik yang ada kaitannya dalam bidang kesehatan
jiwa
b.
Upaya kuratif
(pencegahan sekunder)
Usaha yang meliputi pengurangan, jumlah angka kesakitan dengan deteksi dini
dan pengobatan, dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
·
Menyelenggarakan
skrining test dan mengevaluasi hasil
·
Kunjungan rumah
untuk persiapan perawatan dan pemberian pengobatan
·
Pelayanan
pengobatan gawat darurat dan pelayanan psikiatri di rumah sakit umum
·
Menyelenggrakan
milieu therapy
·
Supervisi pada
pasien yang mendapatkan pengobatan
·
Pelayanan
pencegahan bunuh diri
·
Memberikan
konseling terbatas/sederhana
·
Menyelenggarakan
intervensi krisis
·
Pelayanan
psikoterapi kepada individu, keluarga, kelompok dari berbagai tingkatan umur.
·
Berintegrasi
dengan organisasi-organisasi dan masyarakat dalam mengidentifikasi
masalah-masalah kesehatan jiwa
c.
Upaya
rehabilitatif (pencegahan tertier)
Yaitu usaha untuk mengurangi gejala sisa dan atau bahaya akibat adanya
penyakit/gangguan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
·
Peningkatan
latihan vokasional dan rehabilitasi
·
Penyelenggaraan
program latihan (after care) bagi
pasien setelah pulang dirawat ke masyarakat.
·
Menyelenggarakan
”partial hospitalization”
Rentang
sehat jiwa
- Dinamis bukan titik statis
- Rentang di mulai dari sehat optimal-mati
- Ada tahap-tahap
- Adanya pariasi tiap individu
- Menggambarkan kemampuan adaptasi
- Berfungsi secara efektif: sehat
A.
Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Jiwa Di Dunia
Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture)
sampai pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang
berasal dari Inggris. Perkembangan keperwatan sangat dipengaruhi oleh
perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.
Perkembangan keperawatan diawali pada :
1.
Zaman Purbakala (Primitive Culture)
Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat
diri sendiri (tercermin pada seorang ibu). Harapan pada awal perkembangan
keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc). Dari
masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih percaya pada
sesuatu tentang adanya kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa
sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu,
pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada
dewa-dewa dimana pada masa itu mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan
karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan
orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu perkembangan
keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu
kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit,
sejak itu mulai berkembanglah ilmu keperawatan.
2.
Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah
spiritual dimana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya
dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah sehingga pada
waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat
dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah
pemimpin agama.
3.
Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama
Nasrani, dimana pada saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi
wanita yang bertujuan untuk mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi
tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.
Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia
mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu tempat penampungan orang-orang sakit
yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah Sakit di Roma
yaitu Monastic Hospital.
4.
Pertengahan abad VI Masehi
Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia
Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring dengan perkembangan agama Islam.
Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari
keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang
pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada
masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan kesehatan seperti
pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh
keperawatan yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.
5.
Permulaan abad XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat
berubah dari agama menjadi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan
semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini
digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan adanya
perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya
tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang
sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan
adanya perang salib, untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga
sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita
yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai
perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :
a.
Mulai dikenal konsep P3K
b.
Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan
sehingga timbul peluang kerja bagi perawat dibidang sosial.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa
itu terhadap perkembangan keperawatan :
a.
Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas
WTS yang telah bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat
terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.
b.
Hotel Dieu di Paris
Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama.
Sesudah Revolusi Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat
dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve
Bouquet.
c.
ST. Thomas Hospital (1123 M)
Pelopor perawat di RS ini adalah Florence
Nightingale (1820). Pada masa ini perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada
saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris untuk menata
asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi
Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat.
Kemudian Florence dijuluki dengan nama “ The Lady of the Lamp”.
d.
Perkembangan keperawatan di Inggris
Florence kembali ke Inggris setelah perang
Crimean. Pada tahun 1840 Inggris mengalami perubahan besar dimana
sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan dan Florence membuka sekolah perawat
modern. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan keperawatan di
dunia.
Kontribusi Florence bagi perkembangan
keperawatan a. l :
·
Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan
keperawatan.
·
Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang
sakit
·
Manajemen RS
·
Mengembangkan pendidikan keperawatan
·
Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi
kedokteran
·
Pendidikan berlanjut bagi perawat.
Negara-negara yang berpengaruh dalam
perkembangan keperawatan jiwa
1.
Peru
Dari zaman purbakala telah terdapat tanda- tanda
yang menunjukkan bahwa pada waktu itu manusia sudah mengenal dan berusaha
mengobati gangguan jiwa. Ditemukan beberapa tengkorak yang di lubangi, mungkin
pada penderita penyakit ayan atau yang menunjukan perilaku kekerasan dengan
maksud untuk mengeluarkan roh jahat. Kepercayaan bahwa gangguan jiwa itu timbul
karena masuknya roh nenek moyang ke dalam tubuh seseorang lalu menguasainya
merupakan suatu hal yang universal.
2.
Mesir
Kira –kira dalam tahun 1500 SM terdapat tulisan
tentang orang yang sudah tua, sebagai berikut: “... hati menjadi berat dan
tidak dapat mengingat lagi hari kemarin”. Dalam tahun-tahun berikutnya di sana
di dirikan beberapa buah kuil yang terkenal dengan nama “Kuil Saturn” untuk
merawat orang dengan gangguan jiwa
3.
Yunani
Hippocrates (460-357 SM) yang sekarang di anggap
sebagai bapak ilmu kedokteran yang terkenal karena rumus sumpah dokternya telah
menggambarkan gejala- gejala melancholia dan berpendapat bahwa penyakit ayan
itu bukanlah suatu penyakit keramat akan tetapi mempunyai penyebab alamiah
seperti penyakit lain.Dalam kuil-kuil yang di pakai sebagai tempat perawatan
pasien dengan gangguan jiwa di gunakan hawa segar, air murni dan sinar matahari
serta musik yang menarik dalam pengobatan para penderita itu. Dalam jaman
romawi pada waktu itu di lakukan “pengeluaran darah dan mandi belerang”.
Setelah jatuhnya kebudayaan yunani dan romawi, dan ilmu kedokteran mengalami
kemunduran. Penderita gangguan jiwa di ikat, di kurung, di pukuli atau
dibiarkan kelaparan. Ada yang di masukan ke dalam sebuah tong lalu di gulingkan
dari atas bukit ke bawah ada yang di cemplungkan ke dalam sungai secara
mendadak dari atas jembatan.
4.
Negara-negara Arab
Di pakai cara-cara yang lebih berprikemanusiaan.
Mereka memakai tempat pemandian, diit, obat-obatan , wangi-wangian, dan musik
yang halus dalam suasana yang santai.
5.
Eropa
Pada abad ke -17 dan 18 di dirikan rumah
perawatan penderita gangguan jiwa yang dinamakan “rumah amal”, “ rumah kontrak”
atau “suaka duniawi”. Cara pengobatan yang populer pada waktu itu ialah “
pengeluaran darah “, penderita di pakaikan “ “pakaian gila” dan di cambuk.
6.
Prancis
Pada akhir revolusi abad ke- 18 terjadi
perubahan dalam tempat penampungan penderita gangguan jiwa. PHILLIPE PINEL
(1745- 1826) menjadi pengawas rumah sakit Bicetre ( untuk penderita pria) dan
kemudian pada Salpetriere ( untuk penderita wanita). Keduanya di huni oleh
penjahat , penderita retradasi mental dan penderita gangguan jiwa. Tindakan
pertama pinel ialah melepaskan penderita gangguan jiwa dari belenggu mereka.
B.
Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia
Sejarah dan perkembangan keperawatan di
Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda sampai pada masa kemerdekaan.
1.
Masa Penjajahan Belanda
Perkembangam keperawatan di Indonesia
dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu pada saat penjajahan kolonial
Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat
berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken
Oppaser sebagai penjaga orang sakit.
Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital
di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha
pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk Dinas Kesehatan
Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta,
Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan,
karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.
2.
Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)
Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa
yaitu Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya
yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk
memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain :
·
pencacaran umum
·
cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
·
kesehatan para tahanan
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan
Belanda, kesehatan penduduk lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan RS.
Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu
RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri rumah sakit – rumah
sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta,
RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri
pula sekolah-sekolah perawat.
3.
Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)
Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami
kemunduran, dan dunia keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas
keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit
diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga timbul
wabah.
4.
Zaman Kemerdekaan
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang
kesehatan yaitu rumah sakit dan balai pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah
Guru Perawat dan sekolah perawat setimgkat SMP. Pendidikan keperawatan
profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen Kesehatan
di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian Fakultas
Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK ( Program
Studi Ilmu Keperawatan ) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di
Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul
PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.
8) PROSES KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Perawat perlu mengkaji data demografi, riwayat kesehatan dahulu, kegiatan
hidup klien sehari-hari, keadaan fifik, status mental, hubungan interpersonal
serta riwayat personal dan keluarga
a.
Data demografi
Pengkajian data demografi meliputi nama, tempat dan tanggal lahir klien,
pendidikan, alamat orang tua, serta data lain yang dianggap perlu diketahui.
Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima klien,
juga perlu dikaji. Selain itu kehidupan sehari-hari klien meliputi keadaan gizi
termasuk berat badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur
termasuk kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah
yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.
b.
Fisik
Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala rambut, mata,
telinga, hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskuler, musculoskeletal dan
neurologis klien. Pemeriksaan fisik lengkap saat diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku klien. Misalnya klien
yang menderita DM atau asma sering berperilaku merusak dalam usahanya untuk
mengendalikan lingkungan. Selain itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai
dasar dalam menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui
kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami klien.
c.
Status mental
Pemeriksaan status mental klien bermanfaat untuk memberikan gambaran
mengenai fungsi ego klien. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi
ego klien dari waktu ke waktu. Oleh karena itu status mental klien perlu dikaji
setiap waktu dengan suasana santai bagi klien
Pemeriksaan status mental meliputi: keadaan emosi, proses berfikir dan isi
pikir, halusinasi dan persepsi, cara berbicara dan orientasi, keinginan untuk
bunuh diri dan membunuh. Pengkajian terhadap hubungan interpersonal klien
dilihat dalam hubungannya dengan orang lain yang penting untuk mengetahui
kesesuaian perilaku dengan usia. Pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat
ketika mengkaji hubungan interpersonal klien antara lain :
1) Apakah klien berhubungan dengan orang lain dengan usia sebanya dan dengan
jenis kelamin tertentu.
2) Apa posisi klien dalam struktur kekuasaan dalam kelompok
3) Bagaimana ketermpilan sosial klien ketika menjalin dan berhubungan dengan
orang lain.
4) Apakah klien mempunyai teman dekat.
d.
Riwayat
personal dan keluarga
Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus masalah, tumbuh
kembang klien, biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat
diperlukan untuk mengerti perilaku klien dan membantu menyusun tujuan asuhan
keperawatan.
Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting dari pengkajian melalui
pengalihan focus dari klien sebagai individu ke sistem keluarga. Tiap anggota
keluarga di beri kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan
apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2.
Diagnosa
keperawatan
Untuk menegakan diagnosa keperawatan, data yang telah dikumpulkan kemuadian
dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan selanjutnya.
3.
Perencanaan
Setelah pengkajian selesai dan maslah utama yang dialami klien telah
teridentifikasi, rencana perawatan dan pengobatan yang komprehensif.
Untuk klien yang dirawat di unit perawatan jiwa, tujuan umumnya adalah
sebagai berikut :
a.
Memenuhi
kebutuhan emosi klien dan kebutuhan untuk dihargai.
b.
Mengurangi
ketegangan pada anak dan keutuhan untuk berperilaku defensive..
c.
Membantu klien
menjalan hubungan positif dengan orang lain.
d.
Membentu mengembangkan
identitas diri klien.
e.
Memberikan
klien kesempatan untuk menjalin kembali tahapan perkembangan terdahulu yang
belum terseleseikan secara tuntas.
f.
Membantu klien
untuk berkomunikasi secara efektif.
g.
Mencegah anak
untuk menyakiti baik dirinya maupun diri orang lain
h.
Membantu klien
memelihara kesehatan fisiknya.
4.
Implementasi.
Berbagai bentuk terapi pada klien dan keluarga dapat diterapkan, antara
lain:
a.
Terapi bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi klien untuk mengekspresikan
konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk :
1) Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat
dikendalikan sebelumnya.
2) Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari.
3) Berkomunikasi dengan orang lain.
4) Menggali dan mencoba belajar bagaimana hubungan dengan diri sendiri, dunia
luar dan orang lain.
5) Mencocokan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas
b.
Terapi keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orang
tua perlu belajar secara bertahap tentang peran meraka dalam permasalahan yang
dihadapi dan bertanggungjawab terhadap perubahan yang terjadi pada klein dan
keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan
dalam keluarga turut menimbulkan gangguan pada anggota keluarganya. Oleh karena
itu perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga.
c.
Terapi kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau
berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji
realitas, mengendalikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri,
memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan keterampilan sosial klien. Kelompok
dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin
hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang
terkendali.
d.
Psikofarmakologi
Walaupun belum sepenuhnya diterima dalam psikiatri, tetapi bermanfaat untuk
mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsive dan ansietas) dan membantu
agar pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat ini tetap diawasi oleh
dokter dan menggunkan pedoman yang tepat
e.
Terapi individu
Ada berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalisa, psikoanalitis
berdasarkan psikoterapi dan terapi bermain pengalaman. Hubungan antara klien dan
terapist memberikan kesempatan pada klien untuk mendapatkan pengalaman mengenai
hubungan positif dengan orang lain dengan penuh kasih sayang.
f.
Pendidikan pada
orang tua
Pendidikan pada orang tua merupakan hal penting untuk mencegah gangguan
kesehatan jiwa klien, begitu pula untuk peningkatan kembali penyembuhan setelah
dirawat. Orang tua diajarkan tentang tahap tumbang klien, sehingga orang tua
dapat mengetahui perilaku yang sesuai dengan klien. Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati antara
orang tua dan anaknya.
g.
Terapi
lingkungan
Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan
sehari-hari yang dialami klien. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur
dan terprogram, memungkinkan klien untuk mencapai tugas terapeutik dan rencana
penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Kegiatan yang terstruktur
secara formal seperti: belajar, terapi kelompok dan terapi rekreasi. Kegiatan
ruti meliputi: bangun pagi hari, makan dan jam tidur.
5.
Evaluasi
Pada umumnya pengamatan perawat berfokus pada perubahan perilaku klien.
Apakah klien menunjukan kesadaran dan pengertian tentang dirinya sendiri
melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk membuat keputusan secara
rasional.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
a.
Keefektifan
intervensi penaggulangan perilaku
b.
Kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain secara wajar
c.
Kemampuan untuk
melakukan asuhan mandiri
d.
Kemampuan untuk
menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi dan proses belajar
e.
Respon terhadap
peraturan dan rutinitas
f.
Status mental
secara menyeluruh
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat
dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain
sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain.
Secara umum diketahui bahwa gangguan
jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada otak tapi tidak diketahui secara
pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai pencetus dari gangguan
jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya mental illness
pd diri seseorang.
Prinsip Keperawatan Jiwa
1) Manusia
2) Lingkungan
3) Kesehatan
4) Keperawatan
Kesehatan jiwa meliputi :
1) Bagaimana
perasaan anda terhadap diri sendiri
2) Bagaimana
perasaan anda terhadap orang lain
3) Bagaimana
kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah
memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan asuhan keperawatan secara
tiak langsung. Fungsi ini dapat icapai dengan aktifitas perawat kesehatan jiwa
yang membantu upaya penanggulangan maslah kesehatan jiwa.
B.
Saran
Diharapkan perawat lebih mempelajari
mengenai fungsi dan perannya dalam penanganan masalah kesehatan jiwa dengan
memahami masalah kesehatan jiwa yang ada serta upaya penanganannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat,
Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2.
Jakarta: EGC.
Stuart,
Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati,
2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007.
Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Proses
keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi
optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk
dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan
tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri
dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat
diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Dalam keperawatan jiwa, perawat
memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara
terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri
secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri,
lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar
untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih
akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat
untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya
klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam
menghadapi berbagai masalah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi
keperawatan kesehatan jiwa ?
2. Apa
SajaKriteria Sehat Jiwa ?
3. Bagaimana
Rentang Sehat Jiwa ?
4. Apa Saja
Peran Perawat Kesehatan Jiwa ?
5. Bagaimana
Prinsip Dasar Upaya Pencegahan dalam keperawatan jiwa?
6. Bagaimana
Proses Keperawatan Jiwa ?
7. Bagaimana
sejarah keperawatan jiwa di indo dan didunia ?
C. Tujuan
Supaya kita sebagai tenaga kesehatan
memahami mengenai masalah kesehatan jiwa dan bagaimana cara kita sebagai tenaga
kesehatan memberikan asuhan keperawatan kesehatan jiwa dalam menanggulangi
masalah kesehatan jiwa itu sendiri.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
1) Pengertian Kesehatan Jiwa
Pengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk oleh
organisasi, diantaranya menurut :
- WHO
Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
- UU Kesehatan Jiwa No 3 tahun 1996
Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelectual, emocional secara
optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.
- Stuart & Laraia
Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif terhadap diri sendiri,
tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri,
memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan
lingkungan
- Rosdahl
Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan
keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.
2) Kriteria Sehat Jiwa
1. WHO, mengemukakan bahwa kriteria sehat jiwa terdiri dari :
a.
Sikap positif
terhadap diri sendiri
Hal ini dapat dipercayai jika melihat diri sendiri secara utuh/total contoh : membendingkan
dengan teman sebaya pasti ada kekurangan dan kelebihan. Apakah kekurangan
tersebut dapat diperbaiki atau tidak. Ingat, jangan mimpi bahwa anda tidak
punya kelemahan.
b.
Tumbuh dan
berkembang baik fisik dan psikologis dan puncaknya adalah aktualisasi diri
c.
Integrasi
Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh. Jangan hanya menonjolkan yang positif
saja tapi yang negatif juga merupakan bagian anda. Jadi seluruh aspek merupakan
satu kesatuan.
d.
Otonomi
Orang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan menerima
masukan dari orang lain dengan keputusan sendiri sehingga keputusan pasienpun
bukan diatur oleh perawat tapi mereka yang memilih sendiri
e.
Persepsi sesuai
dengan kenyataan
Stressor sering dimulai secara tidak akurat. Contoh: putus pacar karena perbedaan adat
2. H. Maslow
Bila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan tercapai aktualisasi diri. Cirinya
adalah:
a)
Persepsi akurat
terhadap realitas.
b)
Menerima diri
orang lain, dan hakekat manusia tinggi.
c)
Mewujudkan
spontanitas.
d)
Promblem centered yang akhirnya
memerlukan self centered.
e)
Butuh privasi.
f)
Otonomi dan
mandiri.
g)
Penghargaan
baru, hal ini bersifat dinamis sehingga mampu memperbaiki diri.
h)
Mengalami
pengalaman pribadi yang dalam dan tinggi.
i)
Berminat
terhadap kesejahteraan manusia.
j)
Hubungan intim
dengan orang terdekat.
k)
Demokrasi.
l)
Etik kuat.
m)
Humor/tidak
bermusuhan.
n)
Kreatif
o)
Bertahan atau
melawan persetujuan asal bapak senang.
3) Rentang Sehat Jiwa
1. Dinamis bukan titik statis.
2. Rentang dimulai dari sehat optimal-mati.
3. Adanya variasi tiap individu.
4. Menggambarkan kemampuan adaptasi.
5. Berfungsi secara efektif: sehat
4) Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa
1.
Menurut
Dorothy, Cecelia
Perawatan Psikiatric/Keperawatan Kesehatan Jiwa adalah proses dimana
perawat membantu individu/kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang
positif, meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harnonis serta
agar berperan lebih produktif di masyarakat.
2.
Menurut ANA.
Keperawatan Jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri
sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan
kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.
5) Peran Perawat Kesehatan Jiwa
Menurut Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen dalam Principles and Practice of Psychiatric
Nursing Care (1995), peran perawat adalah sebagai Attitude Therapy, yakni:
- Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi pada klien
- Mendemontrasikan penerimaan
- Respek
- Memahami klien
- Mempromosikan ketertarikan klien dan beradaptasi dalam interaksi
Sedangkan menurut Peplau, peran
perawat meliputi :
- Sebagai pendidik
- Sebagai pemimpin dalam situasi yang bersifat lokal, nasional dan internasional
- Sebagai ”surrogate parent”
- Sebagai konselor.
Dan yang lain dari peran perawat adalah :
- Bekerjasama dengan lembaga kesehatan mental
- Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan
- Memberikan pelayanan pada klien di luar klinik
- Aktif melakukan penelitian
- Membantu pendidikan masyarakat.
6) Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa
MODEL
|
VIEW OF
BEHAVIORAL DEVIATION
|
THERAPEUTIC
PROCES
|
ROLES OF
PATIENT & THERAPIST
|
Psychoanalitycal
(Freud,
Erickson)
|
·
Ego tidak mampu mengontrol
ansietas, konflik tidak sesuat
|
·
Asosiasi bebas & analisis
mimpi
·
Transferen untuk memperbaiki
traumatik masa lalu
|
·
Pasien: mengungkapkan semua
pikiran dan mimpi
·
Terapist: menginterpretasi
pikiran dan mimpi pasien
|
Interpersonal
(Sullivan, Peplau)
|
·
Ansietas timbul &
dialami secara interpersonal, basic fear is fear of rejection
|
·
Building feeling security
·
Trusting relationship &
interpersonal satisfation
|
·
Pasien: share anxieties
·
Terapist: use empathy &
relationship
|
Social
(Caplan, Szasz)
|
·
Social & environmental
factors create stress, which cause anxiety & symptom
|
·
Environmental manipulation
& social support
|
·
Pasien: menyampaikan masalah
menggunkan sumber yang ada di masyarakat
·
Terapist: menggali system
social klien
|
Existensial
(Ellis, Rogers)
|
·
Individu gagal menemukan &
menerima diri sendiri
|
·
Experience in relationship,
conduction in group
·
Encouraged to accep self
& control behavior
|
·
Pasien: berperan serta dalam
pengalaman yang berarti untuk mempelajari diri
·
Terapist: memperluas kesadaran
diri klien
|
Supportive
Therapy (Wermon, Rockland)
|
·
Faktor biopsikososial &
respon maladaptif saat ini
|
·
Menguatkan respon koping
adaptif
|
·
Pasien: terlibat dalam
identifikasi coping
·
Terapist: hubungan yang
hangat dan empatik
|
Medical
(Meyer, Kraeplin)
|
·
Combination from
physiological, genetic, environmental & social
|
·
Pemeriksaan diagnostic,
terapi somatic, farmakologik & tehnik interpersonal
|
·
Pasien: menjalani prosedur
diagnostic & terapi jangka panjang
·
Terapist: therapy, repport
effects, diagnose illness, therapeutic approach
|
Berdasarkan konseptual model keperawatan , maka dapat dikelompokan ke dalam
6 model yaitu:
1) Psychoanalitycal (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang
apabila ego (akal) tidak berfungsi
dalam mengontrol id (kehendak nafsu
atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib,
peraturan, norma, agama (super ego/das
uber ich), maka mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of behavioral.)
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik
interpsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa
oral dimana anak tidak mendapatkan air
susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata-kata,
dilarang dengan kekerasan untuk memasukan benda pada mulutnya pada fase oral
dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatik yang membekas pada masa
dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan
analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatik masa lalu. Misalnya klien
dinbuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya
pengalaman bawah sadarnya digali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali
traumatik masa lalu.
Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotik yang memerlukan keahlian dan
latihan yang khusus. Dengan cara
demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan
terapist berusaha untuk menginterprestasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment
atau pengkajian melalui keadaan-keadaan traumatik atau stressor yang
dianggap bermakna pada masa lalu misalnya (pernah disiksaorang tua, pernah
disodomi, diperlakukan secara kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan,
diperkosa pada masa anak-anak), dengan menggunakan pendekatan komunitasi
terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
2) Interpersonal (Sullivan, Peplau)
Menurut model konsep ini, kelainan jiwa sesorang bisa muncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (anxiety). Ansietas timbul dan dialami seseorang akibat adanya
konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan
ditolak atau tidak diterima oleh orang disekitarnya. Sebagai contoh dalam kasus
seorang anak yang tidak dikehendaki (unwanted
child. Dimana seorang anak yang dilahirkan dari hasil hubungan gelap,
ibunya pernah berupaya untuk membunuhnya karena merasa malu dan melanggar
norma, lingkungannya tidak menerima dengan hangat karena dianggap anak yang
harap, teman-temannya mengejek, ayahnya tidak pernah memberikan kasih sayang,
maka ia akan tumbuh menjadi anak yang tidak diterima oleh orang lain.
Proses terapi menurut konsep ini adalah build
feeling security (berupaya membangun rasa aman bagi klien), trusting relationship and interpersonal satisfaction (menjalin hubungan yang
saling percaya) dan membina kepuasan dalam berrgaul dengan orang lain dehingga
klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share
anxieties (berupaya melakuan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien,
apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship (perawat
berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh
klien). Perawat memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhunbungan dengan orang lain seperti: ”saya senang berbicara dengan anda,
saya siap membantu anda, anda sangat menyenangkan bagi saya”.
3) Social (Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini, seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor sosial dan faktor lingkungan
yang akan memicu munculnya stress pada seseorang (social and environmental factors create stress, which cause anxiety
and symptom). Akumulasi stressor yang ada pada lingkungan seperti: bising,
macet, tuntutan persaingan pekerjaan, harga barang yang mahal, persaingan
kemewahan, iklim yang sangat panas atau dingin, ancaman penyakit, polusi,
sampah akan mencetus stress pada individu.
Sterssor dari lingkungan diperparah oleh stressor dalam hubungan sosial
seperti atasan yang galak, istri yang cerewet, anak yang naka, tetangga yang
buruk, guru yang mengancam atau teman sebaya yang jahat akan memunculkan
berbagai sterssor dan membangkitkan kecemasan.
Prinsif proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environmen manipulation and social support (pentingnya
modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial). Sebagai contoh dirumah harus
bersih, teratur, harum, tidak bising, ventilasi cukup, panataan alat dan
perabotan yang teratur. Lingkungan kantor yang asri, bersahabat, ada tanaman,
tata lampu yang indah, hubungan kerja yang harmonis, hubungan suami istri yang
memuaskan.
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah paien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman
sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapist berupaya:
menggali sistem sosial klien seperti suasana di rumah, di kantor, di sekolah,
di masyarakat atau tempat kerja.
4) Existensial (Ellis, Rogers)
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa
terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.
Individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan
mengalami gangguan dalam body image-nya.
Pertanyaan yang tidak bisa dijawab adalah: Siapa saya? Bagaimana seharusnya
saya bersikap agar orang lain menyukai saya? Apa peganggan jalan hidp saya?
Norma mana yang saya anut? Seringkali individu merasa asing dan bingung dengan
dirinya sendiri, sehingga pencarian makna kehidupannya (eksistensinya) menjadi
kabur.
Prinsip dalam proses terapinya adalah: mengupayakan individu agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang
dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan (experience in
relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara intropeksi (self
assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conduction in
group), mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik
atau feed
back tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah: klien
dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti
untuk mempelajari dirinya dan mendapatkan feed
back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist
beruapaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik,
saran atau reward & punishment
5) Supportive Therapy (Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep model ini adalah: faktor biopsikososial
dan respon maladaptif saat ini. Aspek biologisnya menjadi maslah seperti:
sering sakit maag, migrain, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak
keluhan seperti :mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah,
ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti: susah bergaul,
menarik diri, tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan dan
sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa.
Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmampuan dalam beradaptasi pada
masalah-masalah yang muncul saat ini da tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Stressor pada saat ini misalnya berupa PHK atau ujian yang dianggap penting
sekali seperti ujian PNS, ujian saringan masuk PTN, tes masuk pekerjaan.
Ketidakmampuan beradaptasi dan menerima apapun hasilnya setelah berupaya
maksimal, menyebabkan individu menjdi stress.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif, individu
diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada
dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternatif pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki
dan yang biasa yang digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang
hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.
6)
Medical (Meyer,
Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang komplek meliputi: aspek
fisik, genetik, lingkungan dan faktor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya
harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi somatik, farmakologik dan
teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis
dalam melakukan prosedur diaognostik dan terapi jangka panjang, terapist
berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menetukan
diagnosa, dan menentukan jenis pendekatan tarapi yang digunakan. (therapy, repport effects, diagnose illness,
therapeutic approach)
7) Prinsip Dasar Upaya Pencegahan Dalam Keperawatan Jiwa
a.
Upaya
promotif/preventif (pencegahan primer)
Usaha-usaha ini meliputi usaha promosi dan pencegahan terjadinya gangguan
mental dengan kegiatan-kegiatan berikut :
·
Pendidikan
kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan mental.
·
Usaha-usaha
untuk meningkatkan kondisi kehidupan, bebas dari kemiskinan dan peningkatan
pendidikan kesehatan.
·
Pengkajian
terhadap stres-stres yang potensial dari perubahan-perubahan kehidupan dimana
dapat menimbulkan gangguan mental serta merujuk ke unit pelayanan yang sesuai.
·
Membantu
pasien-pasien di rumah sakit umum untuk usaha-usaha pencegahan masalah
psikiatrik.
·
Bekerjasama
dengan keluarga/kelompok untuk mendorong anggota-anggota keluarga/kelompok
dapat berfungsi dengan baik.
·
Berperan serta
dalam kegiatan masyarakat dan politik yang ada kaitannya dalam bidang kesehatan
jiwa
b.
Upaya kuratif
(pencegahan sekunder)
Usaha yang meliputi pengurangan, jumlah angka kesakitan dengan deteksi dini
dan pengobatan, dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
·
Menyelenggarakan
skrining test dan mengevaluasi hasil
·
Kunjungan rumah
untuk persiapan perawatan dan pemberian pengobatan
·
Pelayanan
pengobatan gawat darurat dan pelayanan psikiatri di rumah sakit umum
·
Menyelenggrakan
milieu therapy
·
Supervisi pada
pasien yang mendapatkan pengobatan
·
Pelayanan
pencegahan bunuh diri
·
Memberikan
konseling terbatas/sederhana
·
Menyelenggarakan
intervensi krisis
·
Pelayanan
psikoterapi kepada individu, keluarga, kelompok dari berbagai tingkatan umur.
·
Berintegrasi
dengan organisasi-organisasi dan masyarakat dalam mengidentifikasi
masalah-masalah kesehatan jiwa
c.
Upaya
rehabilitatif (pencegahan tertier)
Yaitu usaha untuk mengurangi gejala sisa dan atau bahaya akibat adanya
penyakit/gangguan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
·
Peningkatan
latihan vokasional dan rehabilitasi
·
Penyelenggaraan
program latihan (after care) bagi
pasien setelah pulang dirawat ke masyarakat.
·
Menyelenggarakan
”partial hospitalization”
Rentang
sehat jiwa
- Dinamis bukan titik statis
- Rentang di mulai dari sehat optimal-mati
- Ada tahap-tahap
- Adanya pariasi tiap individu
- Menggambarkan kemampuan adaptasi
- Berfungsi secara efektif: sehat
A.
Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Jiwa Di Dunia
Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture)
sampai pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang
berasal dari Inggris. Perkembangan keperwatan sangat dipengaruhi oleh
perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.
Perkembangan keperawatan diawali pada :
1.
Zaman Purbakala (Primitive Culture)
Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat
diri sendiri (tercermin pada seorang ibu). Harapan pada awal perkembangan
keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc). Dari
masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih percaya pada
sesuatu tentang adanya kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa
sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu,
pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada
dewa-dewa dimana pada masa itu mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan
karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan
orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu perkembangan
keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu
kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit,
sejak itu mulai berkembanglah ilmu keperawatan.
2.
Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah
spiritual dimana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya
dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah sehingga pada
waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat
dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah
pemimpin agama.
3.
Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama
Nasrani, dimana pada saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi
wanita yang bertujuan untuk mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi
tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.
Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia
mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu tempat penampungan orang-orang sakit
yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah Sakit di Roma
yaitu Monastic Hospital.
4.
Pertengahan abad VI Masehi
Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia
Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring dengan perkembangan agama Islam.
Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari
keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang
pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada
masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan kesehatan seperti
pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh
keperawatan yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.
5.
Permulaan abad XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat
berubah dari agama menjadi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan
semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini
digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan adanya
perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya
tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang
sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan
adanya perang salib, untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga
sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita
yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai
perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :
a.
Mulai dikenal konsep P3K
b.
Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan
sehingga timbul peluang kerja bagi perawat dibidang sosial.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa
itu terhadap perkembangan keperawatan :
a.
Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas
WTS yang telah bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat
terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.
b.
Hotel Dieu di Paris
Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama.
Sesudah Revolusi Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat
dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve
Bouquet.
c.
ST. Thomas Hospital (1123 M)
Pelopor perawat di RS ini adalah Florence
Nightingale (1820). Pada masa ini perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada
saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris untuk menata
asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi
Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat.
Kemudian Florence dijuluki dengan nama “ The Lady of the Lamp”.
d.
Perkembangan keperawatan di Inggris
Florence kembali ke Inggris setelah perang
Crimean. Pada tahun 1840 Inggris mengalami perubahan besar dimana
sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan dan Florence membuka sekolah perawat
modern. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan keperawatan di
dunia.
Kontribusi Florence bagi perkembangan
keperawatan a. l :
·
Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan
keperawatan.
·
Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang
sakit
·
Manajemen RS
·
Mengembangkan pendidikan keperawatan
·
Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi
kedokteran
·
Pendidikan berlanjut bagi perawat.
Negara-negara yang berpengaruh dalam
perkembangan keperawatan jiwa
1.
Peru
Dari zaman purbakala telah terdapat tanda- tanda
yang menunjukkan bahwa pada waktu itu manusia sudah mengenal dan berusaha
mengobati gangguan jiwa. Ditemukan beberapa tengkorak yang di lubangi, mungkin
pada penderita penyakit ayan atau yang menunjukan perilaku kekerasan dengan
maksud untuk mengeluarkan roh jahat. Kepercayaan bahwa gangguan jiwa itu timbul
karena masuknya roh nenek moyang ke dalam tubuh seseorang lalu menguasainya
merupakan suatu hal yang universal.
2.
Mesir
Kira –kira dalam tahun 1500 SM terdapat tulisan
tentang orang yang sudah tua, sebagai berikut: “... hati menjadi berat dan
tidak dapat mengingat lagi hari kemarin”. Dalam tahun-tahun berikutnya di sana
di dirikan beberapa buah kuil yang terkenal dengan nama “Kuil Saturn” untuk
merawat orang dengan gangguan jiwa
3.
Yunani
Hippocrates (460-357 SM) yang sekarang di anggap
sebagai bapak ilmu kedokteran yang terkenal karena rumus sumpah dokternya telah
menggambarkan gejala- gejala melancholia dan berpendapat bahwa penyakit ayan
itu bukanlah suatu penyakit keramat akan tetapi mempunyai penyebab alamiah
seperti penyakit lain.Dalam kuil-kuil yang di pakai sebagai tempat perawatan
pasien dengan gangguan jiwa di gunakan hawa segar, air murni dan sinar matahari
serta musik yang menarik dalam pengobatan para penderita itu. Dalam jaman
romawi pada waktu itu di lakukan “pengeluaran darah dan mandi belerang”.
Setelah jatuhnya kebudayaan yunani dan romawi, dan ilmu kedokteran mengalami
kemunduran. Penderita gangguan jiwa di ikat, di kurung, di pukuli atau
dibiarkan kelaparan. Ada yang di masukan ke dalam sebuah tong lalu di gulingkan
dari atas bukit ke bawah ada yang di cemplungkan ke dalam sungai secara
mendadak dari atas jembatan.
4.
Negara-negara Arab
Di pakai cara-cara yang lebih berprikemanusiaan.
Mereka memakai tempat pemandian, diit, obat-obatan , wangi-wangian, dan musik
yang halus dalam suasana yang santai.
5.
Eropa
Pada abad ke -17 dan 18 di dirikan rumah
perawatan penderita gangguan jiwa yang dinamakan “rumah amal”, “ rumah kontrak”
atau “suaka duniawi”. Cara pengobatan yang populer pada waktu itu ialah “
pengeluaran darah “, penderita di pakaikan “ “pakaian gila” dan di cambuk.
6.
Prancis
Pada akhir revolusi abad ke- 18 terjadi
perubahan dalam tempat penampungan penderita gangguan jiwa. PHILLIPE PINEL
(1745- 1826) menjadi pengawas rumah sakit Bicetre ( untuk penderita pria) dan
kemudian pada Salpetriere ( untuk penderita wanita). Keduanya di huni oleh
penjahat , penderita retradasi mental dan penderita gangguan jiwa. Tindakan
pertama pinel ialah melepaskan penderita gangguan jiwa dari belenggu mereka.
B.
Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia
Sejarah dan perkembangan keperawatan di
Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda sampai pada masa kemerdekaan.
1.
Masa Penjajahan Belanda
Perkembangam keperawatan di Indonesia
dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu pada saat penjajahan kolonial
Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat
berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken
Oppaser sebagai penjaga orang sakit.
Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital
di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha
pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk Dinas Kesehatan
Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta,
Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan,
karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.
2.
Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)
Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa
yaitu Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya
yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk
memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain :
·
pencacaran umum
·
cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
·
kesehatan para tahanan
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan
Belanda, kesehatan penduduk lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan RS.
Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu
RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri rumah sakit – rumah
sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta,
RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri
pula sekolah-sekolah perawat.
3.
Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)
Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami
kemunduran, dan dunia keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas
keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit
diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga timbul
wabah.
4.
Zaman Kemerdekaan
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang
kesehatan yaitu rumah sakit dan balai pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah
Guru Perawat dan sekolah perawat setimgkat SMP. Pendidikan keperawatan
profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen Kesehatan
di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian Fakultas
Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK ( Program
Studi Ilmu Keperawatan ) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di
Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul
PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.
8) PROSES KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Perawat perlu mengkaji data demografi, riwayat kesehatan dahulu, kegiatan
hidup klien sehari-hari, keadaan fifik, status mental, hubungan interpersonal
serta riwayat personal dan keluarga
a.
Data demografi
Pengkajian data demografi meliputi nama, tempat dan tanggal lahir klien,
pendidikan, alamat orang tua, serta data lain yang dianggap perlu diketahui.
Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima klien,
juga perlu dikaji. Selain itu kehidupan sehari-hari klien meliputi keadaan gizi
termasuk berat badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur
termasuk kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah
yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.
b.
Fisik
Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala rambut, mata,
telinga, hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskuler, musculoskeletal dan
neurologis klien. Pemeriksaan fisik lengkap saat diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku klien. Misalnya klien
yang menderita DM atau asma sering berperilaku merusak dalam usahanya untuk
mengendalikan lingkungan. Selain itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai
dasar dalam menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui
kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami klien.
c.
Status mental
Pemeriksaan status mental klien bermanfaat untuk memberikan gambaran
mengenai fungsi ego klien. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi
ego klien dari waktu ke waktu. Oleh karena itu status mental klien perlu dikaji
setiap waktu dengan suasana santai bagi klien
Pemeriksaan status mental meliputi: keadaan emosi, proses berfikir dan isi
pikir, halusinasi dan persepsi, cara berbicara dan orientasi, keinginan untuk
bunuh diri dan membunuh. Pengkajian terhadap hubungan interpersonal klien
dilihat dalam hubungannya dengan orang lain yang penting untuk mengetahui
kesesuaian perilaku dengan usia. Pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat
ketika mengkaji hubungan interpersonal klien antara lain :
1) Apakah klien berhubungan dengan orang lain dengan usia sebanya dan dengan
jenis kelamin tertentu.
2) Apa posisi klien dalam struktur kekuasaan dalam kelompok
3) Bagaimana ketermpilan sosial klien ketika menjalin dan berhubungan dengan
orang lain.
4) Apakah klien mempunyai teman dekat.
d.
Riwayat
personal dan keluarga
Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus masalah, tumbuh
kembang klien, biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat
diperlukan untuk mengerti perilaku klien dan membantu menyusun tujuan asuhan
keperawatan.
Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting dari pengkajian melalui
pengalihan focus dari klien sebagai individu ke sistem keluarga. Tiap anggota
keluarga di beri kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan
apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2.
Diagnosa
keperawatan
Untuk menegakan diagnosa keperawatan, data yang telah dikumpulkan kemuadian
dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan selanjutnya.
3.
Perencanaan
Setelah pengkajian selesai dan maslah utama yang dialami klien telah
teridentifikasi, rencana perawatan dan pengobatan yang komprehensif.
Untuk klien yang dirawat di unit perawatan jiwa, tujuan umumnya adalah
sebagai berikut :
a.
Memenuhi
kebutuhan emosi klien dan kebutuhan untuk dihargai.
b.
Mengurangi
ketegangan pada anak dan keutuhan untuk berperilaku defensive..
c.
Membantu klien
menjalan hubungan positif dengan orang lain.
d.
Membentu mengembangkan
identitas diri klien.
e.
Memberikan
klien kesempatan untuk menjalin kembali tahapan perkembangan terdahulu yang
belum terseleseikan secara tuntas.
f.
Membantu klien
untuk berkomunikasi secara efektif.
g.
Mencegah anak
untuk menyakiti baik dirinya maupun diri orang lain
h.
Membantu klien
memelihara kesehatan fisiknya.
4.
Implementasi.
Berbagai bentuk terapi pada klien dan keluarga dapat diterapkan, antara
lain:
a.
Terapi bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi klien untuk mengekspresikan
konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk :
1) Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat
dikendalikan sebelumnya.
2) Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari.
3) Berkomunikasi dengan orang lain.
4) Menggali dan mencoba belajar bagaimana hubungan dengan diri sendiri, dunia
luar dan orang lain.
5) Mencocokan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas
b.
Terapi keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orang
tua perlu belajar secara bertahap tentang peran meraka dalam permasalahan yang
dihadapi dan bertanggungjawab terhadap perubahan yang terjadi pada klein dan
keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan
dalam keluarga turut menimbulkan gangguan pada anggota keluarganya. Oleh karena
itu perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga.
c.
Terapi kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau
berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji
realitas, mengendalikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri,
memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan keterampilan sosial klien. Kelompok
dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin
hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang
terkendali.
d.
Psikofarmakologi
Walaupun belum sepenuhnya diterima dalam psikiatri, tetapi bermanfaat untuk
mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsive dan ansietas) dan membantu
agar pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat ini tetap diawasi oleh
dokter dan menggunkan pedoman yang tepat
e.
Terapi individu
Ada berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalisa, psikoanalitis
berdasarkan psikoterapi dan terapi bermain pengalaman. Hubungan antara klien dan
terapist memberikan kesempatan pada klien untuk mendapatkan pengalaman mengenai
hubungan positif dengan orang lain dengan penuh kasih sayang.
f.
Pendidikan pada
orang tua
Pendidikan pada orang tua merupakan hal penting untuk mencegah gangguan
kesehatan jiwa klien, begitu pula untuk peningkatan kembali penyembuhan setelah
dirawat. Orang tua diajarkan tentang tahap tumbang klien, sehingga orang tua
dapat mengetahui perilaku yang sesuai dengan klien. Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati antara
orang tua dan anaknya.
g.
Terapi
lingkungan
Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan
sehari-hari yang dialami klien. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur
dan terprogram, memungkinkan klien untuk mencapai tugas terapeutik dan rencana
penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Kegiatan yang terstruktur
secara formal seperti: belajar, terapi kelompok dan terapi rekreasi. Kegiatan
ruti meliputi: bangun pagi hari, makan dan jam tidur.
5.
Evaluasi
Pada umumnya pengamatan perawat berfokus pada perubahan perilaku klien.
Apakah klien menunjukan kesadaran dan pengertian tentang dirinya sendiri
melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk membuat keputusan secara
rasional.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
a.
Keefektifan
intervensi penaggulangan perilaku
b.
Kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain secara wajar
c.
Kemampuan untuk
melakukan asuhan mandiri
d.
Kemampuan untuk
menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi dan proses belajar
e.
Respon terhadap
peraturan dan rutinitas
f.
Status mental
secara menyeluruh
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat
dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain
sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain.
Secara umum diketahui bahwa gangguan
jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada otak tapi tidak diketahui secara
pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai pencetus dari gangguan
jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya mental illness
pd diri seseorang.
Prinsip Keperawatan Jiwa
1) Manusia
2) Lingkungan
3) Kesehatan
4) Keperawatan
Kesehatan jiwa meliputi :
1) Bagaimana
perasaan anda terhadap diri sendiri
2) Bagaimana
perasaan anda terhadap orang lain
3) Bagaimana
kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah
memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan asuhan keperawatan secara
tiak langsung. Fungsi ini dapat icapai dengan aktifitas perawat kesehatan jiwa
yang membantu upaya penanggulangan maslah kesehatan jiwa.
B.
Saran
Diharapkan perawat lebih mempelajari
mengenai fungsi dan perannya dalam penanganan masalah kesehatan jiwa dengan
memahami masalah kesehatan jiwa yang ada serta upaya penanganannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat,
Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2.
Jakarta: EGC.
Stuart,
Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati,
2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007.
Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar